Pages

Sunday, May 26, 2019

KITAB KIFAYATUL AKHYAR


Membahas Kitab kifayatul Akhyar



Diajukan untuk memenuhi UAS mata kuliah Membahas Kitab Ushul Fiqih.
Yang diampu oleh dosen : H. Dadang Syarifuddin, M.Ag.

 https://image.psikolif.com/wp-content/uploads/2018/11/Logo-UIN-Bandung-Original-PNG-Terbaru.png


Disusun oleh :
Tia Setiawati:   1163040086


JURUSAN  PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019




A.    Biografi Penulis
Nama Lengkapnya Adalah Imam Abu Bakar Bin Muhammad Bin Abdul Mu'min Bin Hariz Bin Mualla Bin Musa Bin Hariz Bin Sa`Id Bin Dawud Bin Qasim Bin Ali Bin Alawi Bin Naasyib Bin Jawhar Bin Ali Bin Abi Al-Qasim Bin Saalim Bin Abdullah Bin Umar Bin Musa Bin Yahya Bin Ali Al-Ashghar Bin Muhammad At-Taqiy Bin Hasan Al-Askari Bin Ali Al-Askari Bin Muhammad Al-Jawad Bin Ali Ar-Ridha Bin Musa Al-Kadhzim Bin Ja'far Ash-Shodiq Bin Muhammad Al-Baqir Bin Zainal Abidin Ali Bin Al-Husain Bin Ali Bin Abi Tholib At-Taqiy Al-Husaini Al-Hishni.
Beliau Yang Lebih Dikenali Sebagai Imam At-Taqiy. Imam Taqiyuddin Al-Hishni Adalah Seorang Ulama Besar Dan Ahli Sufi Bermazhab Syafi`I Serta Berpegang Dengan I'tiqad Imam Abul Hasan 'Ali Al-Asy'ari. Seorang Yang Zahid Dan Sentiasa Menyeru Ke Arah Ma'ruf Dan Mencegah Kemungkaran Tanpa Takutkan Sesiapa Hatta Para Pemerintah Dan Penguasa.
Beliau Dilahirkan Dalam Tahun 752h Di Kota Al-Hishn Dalam Negeri Syam Kemudian Berpindah Ke Kota Dimasq Di Mana Beliau Meneruskan Pengajiannya. ‎
Dalam Pengembaraan Intektualnya Ia Banyak Belajar Pelbagai Disiplin Ilmu Agama Kepada Para Ulama Besar Yang Ada Pada Saat Itu. ‎

Guru-Gurunya Ialah:
1. Syaikh Abul 'Abbas Najmuddin Ahmad Bin 'Utsman Bin 'Isa Al-Jaabi;
2. Syaikh Syamsuddin Muhammad Bin Sulaiman Ash-Sharkhadi;
3. Syaikh Syarafuddin Mahmud Bin Muhammad Bin Ahmad Al-Bakri;
4. Syaikh Syihaabuddin Ahmad Bin Sholeh Az-Zuhri;
5. Syaikh Badruddin Muhammad Bin Ahmad Bin 'Isa;
6. Syaikh Syarafuddin 'Isa Bin 'Utsman Bin 'Isa Al-Ghazi;
Akhlak Dan Perilakunya
Akhlak Dan Perilakunya Yang Tawadhu Dan Luhur Menjadi Tanda Pengenal Dia. Ia Seorang Sufi, Berakhlak Mulia, Dan Tidak Sombong. Ia Terbiasa Keluar Bersama Muridnya, Berkumpul Dan Bahkan Bermain. Namun Dengan Tetap Menjaga Kehormatannya Sebagai Guru. Ketika Dia Masih Hidup, Wilayah Damaskus Pernah Mendapat Cobaan Berat. Diserang Oleh Tentara Tamarlenk, Keturunan Jengis Khan. Tentara Ini Sangat Tamak, Sebagaimana Jengis Khan, Menumpahkan Darah Siapa Saja Yang Menghalangi Dan Berambisi Menegakkan Kerajaan Dunia Di Bawah Pimpinannya. Namun, Ia Gagal. Mujahidin Menghalau Dia.
Kondisi Ini Tidak Menghalangi Syaikh Abu Bakar Al-Hishni Untuk Belajar Dan Mengajar. Setelah Fitnah Bangsa Tar Tar Berhasil Dipadamkan, Syaikh Al-Hishni Menjadi Pusat Perhatian Penuntut Ilmu. Namanya Masyhur Di Negeri Syam. Di Saat Ini, Syaikh Al-Hishni Membatasi Berbicara Kepada Orang. Kecuali Terbatas Pada Tujuan Ilmu. Namun, Ia Terbuka Untuk Menasihati Kepada Para Qadhi – Hakim – Dan Para Pejabat Kenegaraan. Ia Dikenal Zuhud, Menjauhi Duniawi.

Kitab- Kitab Hasil Karyanya
Sepanjang Hidupnya, Syekh Taqiyuddin Al-Hishni Banyak Menulis Kitab Besar Dan Bernilai Tinggi. Dalam Berbagai Lapangan. Antaranya:
1. Daf'u Syubahi Man Syabbaha Wa Tamarrada Wa Nasaba Dzalika Ila Asy-Sayyid Al-Jalil Al-Imam Ahmad;
2. Syarah Asmaullah Al-Husna;
3. At-Tafsir;
4. Syarah Shohih Muslim (3 Jilid);
5. Syarah Al-Arbain An-Nawawi;
6. Ta'liq Ahadits Al-Ihya;
7. Syarah Tanbih (5 Jilid);
8. Kifayatul Akhyar;
9. Syarah An-Nihayah;
10. Talkhish Al-Muhimmaat (2 Jilid);
11. Syarah Al-Hidayah;
12. Adab Al-Akl Wa Asy-Syarab;
13. Kitab Al-Qawaa`Id;
14. Tanbihus Saalik;
15. Qami`Un Nufuus;
16. Siyarus Saalik;
17.Siyarush Sholihaat;
18. Al-Asbaabul Muhlikaat;
19. Ahwal Al-Qubur;
20.Al-Mawlid.
Beliau Terkenal Bukan Sahaja Kerana Ketinggian Ilmunya, Bahkan Kerana Kewaliannya. Berbagai Karamah Telah Berlaku Ke Atas Beliau. Antaranya Pernah Diceritakan Bahawa Sewaktu Para Mujahidin Berperang Di Cyprus, Maka Beliau Telah Dilihat Berjuang Bersama-Sama Para Mujahid Tersebut Sehingga Mereka Memperolehi Kemenangan. Apabila Para Pejuang Tersebut Menceritakan Hal Tersebut Kepada Murid-Murid Beliau, Maka Murid-Murid Tersebut Menyatakan Bahawa Beliau Sentiasa Bersama Mereka Di Dimasq Dan Tidak Pergi Ke Mana-Mana. Begitu Juga Beliau Sering Dijumpai Berada Di Makkah Dan Madinah Mengerjakan Haji Sedangkan Pada Masa Yang Sama Beliau Tetap Berada Di Dimasqh. Beberapa Keramatnya Telah Disebut Oleh Syaikh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani Dalam "Jaami` Karaamaatil Awliya`" Juz 1 Halaman 621- 622.

Karomah
Seabrek Karyanya Itu, Menunjukkan Kedalaman Dan Keluasan Ilmu Yang Dimiliki Oleh Syekh Taqiyuddin Al-Hishni. Namun Demikian, Sebagian Ulama Juga Mendapati Kekaromahan Atau Tingkat Kewalian Dari Pengarang Kitab Kifayah Al-Akhyar Ini.
Sebagaimana Disebutkan Oleh Syekh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani Dalamkitabnya Jaami` Karaamaatil Awliya` Juz 1 Halaman 621- 622, Syekh Taqiyuddin Merupakan Seorang Ulama Yang Memiliki Kemuliaan Tinggi. Ia Menyebutkan, Sewaktu Para Mujahidin Berperang Di Cyprus, Maka Banyak Diantara Mereka Yang Melihatnya Ikut Membantu Perjuangan Umat Islam Di Cyrus, Sehingga Akhirnya Mereka Memperoleh Kemenangan. Ketika Mereka Menceritakan Hal Itu Kepada Murid-Muridnya Di Damaskus, Para Muridnya Menyatakan, Bahwa Syekh Taqiyuddin Tidak Pergi Kemana-Mana Dan Senantiasa Mengajarkan Ilmu Di Damaskus. Dalam Suatu Kesempatan, Syekh Taqiyuddin Juga Terlihat Berada Di Makkah Dan Madinah Mengerjakan Ibadah Haji Bersama Umat Islam Lainnya. Namun, Di Waktu Yang Sama, Murid-Muridnya Sedang Bersama Syekh Taqiyuddin Belajar Ilmu Agama.

Kewafatannya
Beliau Wafat Pada Tahun 829h Dan Dikebumikan Di Dimasq. Mudah-Mudahan Allah Sentiasa Mencucurkan Rahmatnya Dan Kasih-Sayangnya Kepada Beliau Yang Telah Menghabiskan Umurnya Untuk Mengabdi Kepadanya Serta Menyebar Luas Ilmu Agama.
B.     Isi Dan Sistematik Kitab
1.      Bab Thaharah
2.      Bab Sholat
3.      Bab Zakat
4.      Bab Puasa
5.      Bab Haji
6.      Bab Jual Beli Dan Muamalah
7.      Bab Faraidi Dan Warisan
8.      Bab Nikah
9.      Bab Pidana
10.  Bab Perang
11.  Bab Berburu Dan Menyembeli
Sistematik Pembahasan Kitab Kifayah Al-Akhyar Di Antara Kitab Yang Cukup Rinci Dan Detil Dalam Menerangkan Satu Topik Pembahasan. Ia Disusun Dengan Sistematika Yang Sangat Baik, Sebagaimana Kitab-Kitab Fiqh Lainnya. Berdasarkan Beberapa Buah Cetakan 'Arabnya, Kitab Ini Dibahagikan Kepada Dua Juzuk, Dalam Sebuah Buku. Dalam Juzuk Pertama, Pengarang Memulai Pembahasannya Tentang Bersuci (Thaharah) Sebanyak 17 Fasal, Lalu Dilanjutkan Dengan Bab Shalat (16 Fasal), Zakat (15 Fasal), Puasa (7 Fasal), Haji (5 Fasal), Dan Bab Jual Beli (23 Fasal). Setiap Bahasan Diawali Dengan Penjelasan Maksud Atau Definisi Bagi Setiap Bab Perbahasannya, Kemudian Dilanjutkan Dengan Berbagai Penjelasan Bagi Setiap Fasal. Sementara Itu, Dalam Bagian Kedua, Pengarang Menjelaskan Tentang Masalah Luqathah, Waris (Faraid) Dan Wasiat, Bab Nikah, Jinayat (Jenayah), Hudud, Jihad, Peradian, Dan Lainnya. Semuanya Diterangkan Secara Jelas.
C.     Metode Penulisan, Teknik, Karaktristik Model Kedudukan Kitab Fiqih, Pengaruh Kitab
a.       Metode penulisan
Metode penulisan kitab ini pun dibuat sangat sederhana, dimana matan al-Ghayah wa at-Taqrib ditulis di bagian atas, lalu di bawahnya ada penjelasan yang merupakan kitab Kifayatul Akhyar ini. Selain yang telah disebutkan di atas, di antara keistimewaan lainnya adalah:
1.      Pertama, penjabaran syarah dalam kitab ini disampaikan secara ringkas namun mencukupi kebutuhan thalibul ilmi untuk mempelajari fikih dari dasar. Seperti kitab-kitab fikih lainnya, diawali dengan bab thaharah, shalat, puasa, zakat, haji, wasiyat, perwarisan, perkawinan, dan diakhiri dengan bab pembebasan.
2.      Kedua, dalam penjelasannya disertakan dalil-dalil yang terkait dengan permasalahan yang dibahas. Terlebih dahulu penulis memaparkan dalil dari al-Qur’an, as-Sunnah, Ijma’ dan Qiyas, kemudian mulai menjelaskan dengan syarahnya.
Apabila dalam matan al-Ghayah wa at-Taqrib kita hanya menemukan hasil akhir dari ilmu fikih, tanpa disebutkan dalil-dalilnya, maka dalam kitab ini kita akan mendapati dalil-dalil yang melatarbelakangi hasil akhir tersebut. Bahkan terkadang penulis menyebutkan lebih dari satu dalil dalam sebuah permasalahan, juga menyebutkan beberapa riwayat hadits yang lain, serta menjelaskan sebagian kalimat yang sulit untuk difahami.
3.      Ketiga, menyebutkan perbedaan pendapat antara Imam ar-Rafi’i dan Imam an-Nawawi. Sebagaimana telah diketahui, dalam mazhab Syafi’i mulai banyaknya penulisan kitab mazhab bermula dari dua imam besar, yaitu Imam ar-Rafi’i dan Imam an-Nawawi. Dalam persoalan yang disepakati oleh dua imam ini, tentunya setelah dikaji dan ditarjih maka akan dijadikan sebagai pendapat mazhab Syafi’i. Adapun jika mereka berselisih pendapat maka pendapat Imam an-Nawawi lah yang diambil, atau jika terdapat pendapat ulama lain dalam mazhabnya yang rajih maka pendapat itulah yang diambil.

D.    Contoh Pembahasan Kitab 2 Topik
a)      Bab Thaharah
Air Yang Boleh Digunakan Bersuci Ada Tujuh Jenis Diantaranya : Air Langit, Air Hujan, Air Laut, Air Sungai, Air Sumur, Air Mata, Air Es, Air Dingin. Dan Ada Pula Pembagian Air Menjadi Empat : Air Yang Suci, Air Yang Menyucikan, Dan Air Yang Tidak Makruh.
Kata Al- Kitab Artinya Menghimpun Mengumpulkan.Jika Mereka Dikatan Berkumpul Diantaranya Kumpulan Pasir.
Thaharah Secara Bahasa Nadofah Ke Bersihan. Misalnya: Seperti Aku Membersihkan Pakaian. Secara Istilah Thaharah Adalah Istilah Untuk Menghilangkan Hadas Dan Membersihkan Najis, Baik Makna Ataupun Bentuknya Seperti Mencuci, Baik Yang Ke Dua Maupun Yang Ketiga, Mandi Yang Di Sunnahkan Memperbaharui Wudhu, Dan Tayamum Dan Lain- Lain Sebagainya Yang Tidak Menghilangkan Hadas Dan Melenyapkan Najis Tetapi Secara Makna Dia Tetap Thaharah. Lalu Dia Berkata: Air Yang Boleh Digunakan Bersuci Ada Tujuh Jenis Diantaranya : Air Langit, Air Hujan, Air Laut, Air Sungai, Air Sumur, Air Mata, Air Es, Air Dingin. Dalil Air Hujan ( Dan Aku Menurunkan Air Kepadamu Untuk Menyucikan Diri Dengan Air Itu) Tentang Air Launt. Sabda Nabi Tentang Ditanya Air Laut Beliau Bersabda: Air Laut Itu Suci Dan Bangkai Yang Di Dalamnya Halal Dibenarkan Oleh Ibnu Shahibah, Tirmizi, Dan Bukhori. Tentang Air Sumur Hadits Shahaih R.A : Wahai Rasulullah, Engkau Berwudhu Mengambildari Sumur Yang Didalamnya Orang- Orang Yang Menggunakan Untuk Bersih- Bersih Dari Haid Dan Kotoran?  Rasulullah Menjawab : Air Itu Tidak Di Najisi Oleh Sesuatu Apapun Hadis Ini Benar- Benar Oleh Tirmizi Dan Di Benarkan Oleh Imam Ahmad Adapun Air Sungai Dengan Air Mata Air Di Dalamnya Sama Dengan Sumur Adapun Air Es, Dan Air Dingin Maka Dalilnya Adalah Hadist Abu Hurairah R.A, Dan Dari Abdul Rahman Yang Paling Shahaih Dia Berkata Apabila Rasulullah Bertakbir Dalam Shalat Maka Beliau Diam Sejenak Sebelum Membaca. Dia Berkata : Ya Allah, Bersihkan Aku Dari Dosa- Dosaku Dengan Air Salju Dan Dingin ( Hr. Bukhori Dan Muslim) Beliau Berkata: Air Di Bagi Menjadi Empat Jenis:
1.      Air Yang Suci
2.      Air Yang Menyucikan
3.      Air Yang Tidak Makhruh
4.       Air Yang Mutlak
Inilah Air Yang Dapat Menghilangkan Hadas Dan Melenyapkan Najis Yaitu Air Mutlak, Adapun Batasannya Di Perselisihkan Ada Bendapat Lain Mengatakan: Batasannya Adalah Tanpa Ada Batasan Dan Penambahan Sebagaimana Lainnya. Demikian Pendapat Yang Benar Kitab Muharikh Dan Di Kuatkan Oleh Imam Syafi’i Yang Berpendapat Tentang Batasan Yang Di Sepakati Firman Allah (Air Siraman Kotor ) ( Dari Air Yang Memancar) Dan Ungkapan: Penambahan Yang Lazim Di Sepakati Air Bunga Mawar, Ada  Yang Tidak Lazim Seperti Air Sungai, Penambahan Tersebut Tidak Merubah Bentukya Dan Sifatnya Menghilangkan Hadas Dan Najis, Karna Sifatnya Yang Mutlak Dan Beberapa Yang Menyatakan Air Yang Mutlak Itu Adalah Air Yang Tersisa Dari Sifat Aslinya, Ada Juga Pendapat Setiap Yang Dinamakan Air Mutlak, Karna Apabila Air Dimutlakan Atau Disalurkan, Maka Dia Akan Berubah Demikian Dikatakan Ibnu Shahalah Dan Di Ikuti Nawawi Dalam Kitab Sharah Muhajab. Dia Berkata: Air Yang Suci Menyucikan Tapi Hukumnya Makruh Yaitu Air Yang Terjemur Matahari. Jenis Air Kedua: Air Suci Mensucikan Tapi Hukumnya Makruh, Air Itu Suci Untuk Dirinya Sendiri Atau Secara Subtansi Karna Tidak Tersentuh Najis Dan Dapat Mensucikan Atau Mengangkat Hadas Yang Menghilangkan Najis Apakah Air Tersebut Makruh Ada Perselisihan Yang Paling Shahih Menurut Rafi’i Adalah Makruh, Ini Yang Tidak Disepakati Oleh Penyusun Buku Ini Tetapi Ar- Rafi’i Beralasan Bahawa Rasulullah Saw Melarang Aisyah Untuk Mengunakan Air Musamah Dan Berkata Bahwa Air Musamah Dapat Menurunkan Penyakit. Hadist Dari Ibnu Abas Bahwasannnya Rasulullah Bersanbda: Barang Siapa Yang Mandi Dengan Air Matahari Maka Wudhu, Mencela Kecuali Dirinya Sendiri Dan Umar Membencinya Beliau Berkata: Sesungguhnya Air Musamah Menyebabkan Penyakit Atas Dasar Ini Air Musamaah Atau Air Yang Menyucikan Itu Di Makruhkan Dua Syarat:
1.      Apabila Air Musamaah Tersebut Berada Di Tempat Yang Tetap Seperti Almunium, Besi, Timah Dikarenakan Matahari Memberikan Dampak Kepadannya, Maka Akan Keluar Dari Air Tersebut Muncul Penyakit Tetapi Jika Tempat Tersebut Dari Emas Dan Perak. Karna Kebersihan Kejernihan Zatnya Tetap Kepada Emas Tadi Diharamkan Penggunanya Sebagaimana Yang Akan Dijelaskan, Andai Kata Air Musamah Dituangkan Dari Tempat Tersebut Emas Dan Perak Tepat Yang Di Bolehkan Maka Hukumnya Boleh Karna Telenyapnya Bunga Dan Begitu Pula Tidak Makruh Tempat Keramik Karna Tidak Ada Ilatnya.
2.     Bahwa Solarisasi Terjadi Di Negara Itu Terjadi Dua Cuaca Diantaranya Panas Maupun  Dingin Dan Sedang, Efek Matahari Di Dalamnya Lemah. Berarti Apabila Air Yang Terjemur Matahari, Maka Air Jemuran Matahari Di Dalam Kolam Renang Dan Kolam Tanpa Kontroversi, Apakah Air Yang Tercampur Air Matahari ? Ada Dua Aspek Untuk Itu, Yang Benar Menurut  Sharh Al-Muhashab Bahwa Itu Sah.Untuk Alasan Ini Diperbolehkan Untuk Digunakan Maupun Tidak, Dan Yang Kedua Adalah Fiktif, Karena Bersifat Indikatif, Maupun Sundut Pandang Ahli Kesehatan.
3.    Al-Nawawi Mengatakan Dalam Zaidah Al-Rawdah Bahwa Itu Lebih Benar Dalam Hal Pembuktian, Yang Merupakan Pandangan Sebagian Besar Ulama, Dan Itu Bukan Bukti Yang Dapat Diterima. Jika Kita Mengatakan Bahwa Itu Ketidak Bolehan , Itu Adalah Makrooh Yang Tidak Mencegah Kemurnian, Menurut Ahli Kesehatan. Allah Lebih Mengetahui Yang Terbaik, Dalam Hidup Menurut Ilatnya Pendapat Al-Rafi’i
b)      Bab Sholat 
             Shalat Menurut Bahasa: Do’a. Sedangkan Menurut Istilah (Ahli Fiqih) Berarti: Perbuatan (Gerak) Yang Di Mulai Dengan Takbir Dan Dakhiri Dengan Salam, Dan Syarat- Syarat Tertentu. Shalat Sunat Rawatib Adalah Shalat Sunat Yang Berdampngna Wtuny Dengna Shlaat Wajib. Shalat Ini Ada 17 Rakaat (Ada Pula Yang Berpendapat 10 Rakaat)
17 Rakaat Tersebut Ialah:
1.      Dua (2) Rakaat Fjar ( Sebelum Subuh)
2.      Empat (4) Rakaat Sebelum Duhur
3.      Dua (2 ) Raka’at Setelah Dhuhur.
4.      Empat (4) Raka’ At Sebelum Ashar
5.      Dua (2 ) Raka’at Sesudah Maghrib
6.      Tiga (3) Raka’at Sesudah Isya’ ( Satu Raka’at Dari Yang 3 Itu Shalat Witir).
Adapun Yang Berpendaapat 10 (Sepuluh Raka’at) Ialah:
1.      Dua (2) Raka’at Sebelum Shubuh.
2.      Dua (2) Raka’at Sebelum Dhuhur.
3.      Dua (2) Rka’at Setelah Dhuhur.
4.      Dua (2) Raka’at Sebelum Asar.
5.      Dua (2) Raka’at Sesudah Isya’.
Pendapat In Berdasar Rwayat (Hadits) Yang Di Riwayatkan Oleh Ibnu Umar Yang Artinya:“Saya (Iibn Umar) Shalat Berdasarkaan Nabi 2 Raka’at Sebelum Duhur, 2 Raka’at Sesudahnya, 2 Raka’at Sesudah Magrib Dan 2 Raka’at Sesudah Isya”.
Adapun Hadits- Hadits Yang Menunjukan Nabi Shalat Sunnat Sebelum Duhur 4 Raka’at Dan 4 Raka’at Sebelum Ashar, Ialah Hadits Dari Ali R. A Yang Artinya: “ Adalah Nabi Shalat Sunat Sebelum Ashar 4 Raka’at Yang Beliau Pisah (Dengan Salam)”
Aisyah Juga Meriwayatkan Yang Artinya:  “Adalah Nabi Tidak Pernah Meninggalkan Shalat Sunat 4 Raka’at Sebelum Dhuhur.” (H.R Bukhari)
Shalat Sunat Yaang Melakukannya Harus Dengan Berjamaah Ada 5:
1.      Shalat Sunat Hari Raya Fitr (Shlat Ide)
2.      Shalat Sunat Hari Raya Qurban
3.      Shalat Sunat Gerhana Matahari
4.      Shalat Sunat Gerhana Bulan
5.      Shalat Sunat Minta Hujan (Istsqa)
Syarat Wajib Shalat Ada 3 Yaitu:
1.      Islam
2.      Baliqh
3.      Berakal
Kalo Tiga Syarat Tersebut Terkumpul Pada Seseorang, Dan Untuk Wanita Dalam Keadaan Suci, Tidak Sedang Haid Atau Nifas, Maka Wajib Sholat. Olah Kafir Tidak Ada Kewajiban Sholat, Tidak Harus Mengqdha Shalat Dikala Masuk Islam. Tetapi Orang Yang Murtad, Kalo Kembali Lagi Menjadi Muslim Mengqdha Shalat Yang Ditinggalkannya. Sedangkan Anak Kecil, Orang Sakit, Orang Gila, Hilang Akalnya Sebab Sakit, Tidak Berkewajiban Shalat, Berdasarkan Shalat Nabi:  “ Pena Diangkat( Ewajiban Gugur) Dar Tga (Orang): Orang Yang Tidur Hingga Bangunan Anak Kecil Hingga Bermimpi (Baligh) Dan Orang Gila Hingga Berakal (Sembuh)”.  (H.R Abu Dawud, No. 4403, Tirmizi, No. 1423, Nasa’i, No. 3432, Ibnu Majah, No.2041)
Shalat Wajib Ialah Yang Harus Dikerjakan Oleh Seorang Muslim, Shalat Wajib Ada 5 Yaitu:
1.      Shalat Duhur: Jumlah Raka’atnya 4 Raka’at, Dan Waktunya Sejak Matahari Condong Ke   Arah Barat Sampai Bayangan Sama Dengan Bendanya.
2.      Shalat Ashar: Jumlah Rakaatnya 4 Raka’at Dan Waktunya Sejak Bayangan Lebih Panjang Dari Benda Sampai Bayangan 2 Kali Lebih Panjang Dari Bendanya, Sekitar Hampir Terbenamnya Matahari
3.      Shalat Magrib: Jumlah Rakaat 3 Raka’at, Dan Waktunya Sejak Terbenam Matahari Sampai Mea Kuning Hilang
4.      Shalat Isya: Jumlah Rakaatnya 4 Raka’at, Dan Waktunya Sejak Hilannya Mega Kuning Sampai Fajar Shadiq (Hampir) Terbit.
5.      Shalat Subuh: Jumlah Rakaatnya 2 Raka’at, Waktunya Shubuh Diawali Dari Munculnya Fajar Shaddiq, Yakni Cahaya Putih Yang Melintang Di Ufuk Timur. Waktu Shubuh Berakhir Ketika Terbitnya Matahari.
Asal Diwajibkannya Shalat Berdasarkan Firman Allah Swt: Yang Artinya: “Dan Dirikanlah Shalat, Tunaikanlah Zakat Dan Ruku’lah Beserta Orang- Orang Yang Ruku”. (Al- Baqarah: 43)
Ayat Tersebut Memerintahkan Untuk Memelihara Shalat. Hadits Yang Menyebut Tentang Keharusan Shalat Banyak Sekali, Dimulai Dengan Penyebutan Waktunya, Sebab Mengetahui Waktu Itu Penting Sekali, Dengan Masuknya Shalat, Shalat Diwajibkan.
Allah Berfirman yang Artinya: “ Maka Apabila Kamu Telah Menyelesaikan Shalat(Mu), Ingatlah Allah Diwaktu Berdiri, Diwaktu Duduk Dan Ditempat Berbaring. Kemudian Apabila Kamu Telah Merasa Aman, Maka Dirikanlah Sholat Itu (Sebagimana Biasanya). Sesungguhnya Shalat Itu Adalah Fardhu Yang Ditentukan Waktunya Atas Orang- Orang Yang Beriman”. (An- Nsa: 103)
Nab Saw Bersabda Yang Artinya: “ Jibril As. Mengimamiku Di Rumah Dua Kali, Ia Shalat Duhur Bersamaku Ketika Matahari Condong (Kebarat) Sedikit, Dan Shalat Ashar Ketika Bayangan Sudah Sama Dengan Bendanya (Panjangnya) Dan Shalat Magrib Ketika Orang Yang Puasa Berbuka, Dan Shalat Isya Ketika Mega( Awan) Merah Telah Hilang, Dan Shalat Subuh Ketika Orang- Orang Yang Berpuasa (Hr. Abu Daud Dan Tirmidzi)

B.     Penutup
Kesimpulan
Kitab Kifayah Al-Akhyar Ini Adalah Kitab Fiqh Yang Cukup Ringkas Namun Sangat Detil Dalam Menerangkan Hukum-Hukum Fiqh Seperti Bersuci, Shalat, Puasa, Zakat, Haji, Wasiat, Waris, Perkawinan, Dan Lain Sebagainya. Di Dalamnya Juga Dilengkapi Dengan Dalil-Dalil Yang Menjadi Dasar
Hukum Dari Tajuk Pembahasan Tersebut. Karena Dalam Dan Luasnya Pembahasan Yang Diungkapkan Dalam Kitab Kifayah Al-Akhyar Ini, Para Ulama Dan Intelektual Muslim Berusaha Menterjemahkannya Ke Dalam Berbagai Bahasa, Termasuk Bahasa Indonesia, Malaysia, Thailand, Inggeris, Perancis, Dan Lainnya. Sesuai Dengan Namanya (Kifayah Al-Akhyar), Nampaknya Syeikh Al-Imam Taqiiyuddin Abu Bakr Menginginkan Kitab Ini Menjadi Pilihan Utama Dan Terbaik Dalam Pembahasan Masalah-Masalah Fiqh, Terutama Dalam Mazhab Syafi’i.
Syeikh Taqiyuddin Mengharapkan, Umat Islam Yang Mempelajari Kitabnya Ini, Agar Secara Giat Menekuni Dan Mendalami Ilmu Fikih. Menurutnya, Mereka Yang Serius Menekuni Ilmu Fiqh Dan Mengamalkannya Dalam Kehidupan Sehari-Hari Dalam Menjalankan Ibadah Kepada Allah Swt, Niscaya Ia Telah Meretas Sebuah Jalan Menuju Surga. Hal Itu Diungkapkannya Dalam Pembukaan (Muqaddimah) Dari Kifayah Al-Akhyar. 'Faidza Kana Al-Fiqh Bihadza Al-Martabah Al-Syarifah Wa Al-Mazaya Al-Munifah, Kana Al-Ihtimam Bihi Fi Al-Darajah Al-Ula. Wa Sharf Al-Auqat Al-Nafsiyyah Bal Kull Al-'Umr Fihi Aula. Lianna Sabilahu Sabil Al-Jannah.' ''Karena Memiliki Martabat Mulia Dan Keunggulan Yang Luhur Ini, Maka Menekuni Ilmu Fiqh Menjadi Prioriti Utama. Bahkan Akan Lebih Baik Jika Seseorang Menekuninya Sepanjang Hayat. Sebab, Menekuni Fiqh Adalah Meretas Jalan Surga,'' Jelas Syeikh Taqiyuddin.
Memang Tak Disangsikan Lagi, Hanya Dalam Literatur Dan Kitab-Kitab Fiqhlah Terpapar Berbagai Kajian Yang Lebih Mendalam Dan Detil Tentang Berbagai Ritual Ibadah Dalam Islam, Seperti Shalat, Puasa, Zakat, Haji, Perkawinan, Waris, Perceraian, Dan Lainnya. Dalam Konteks Ini, Tentu Saja Fikih Lebih Unggul Dan Mulia Bagi Mereka Yang Sentiasa Tekun Mempelajari Dan Mengamalkannya. Nabi Saw Bersabda: ''Barangsiapa Yang Dikehendaki Allah Suatu Kebaikan Padanya, Niscaya Dia Akan Memudahkan Dan Membuatnya Pandai Dalam Masalah Agama.'' (Man Yurid Allah Bihi Khairan, Yufaqqihhu Fi Al-Din).


0 comments:

Post a Comment