Membahas Kitab kifayatul Akhyar
Diajukan untuk memenuhi UAS mata kuliah Membahas Kitab Ushul Fiqih.
Yang diampu oleh dosen : H. Dadang Syarifuddin,
M.Ag.

Disusun oleh :
Tia Setiawati: 1163040086
JURUSAN
PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
A.
Biografi
Penulis
Nama Lengkapnya Adalah Imam Abu Bakar Bin Muhammad Bin
Abdul Mu'min Bin Hariz Bin Mualla Bin Musa Bin Hariz Bin Sa`Id Bin Dawud Bin
Qasim Bin Ali Bin Alawi Bin Naasyib Bin Jawhar Bin Ali Bin Abi Al-Qasim Bin
Saalim Bin Abdullah Bin Umar Bin Musa Bin Yahya Bin Ali Al-Ashghar Bin Muhammad
At-Taqiy Bin Hasan Al-Askari Bin Ali Al-Askari Bin Muhammad Al-Jawad Bin Ali
Ar-Ridha Bin Musa Al-Kadhzim Bin Ja'far Ash-Shodiq Bin Muhammad Al-Baqir Bin
Zainal Abidin Ali Bin Al-Husain Bin Ali Bin Abi Tholib At-Taqiy Al-Husaini
Al-Hishni.
Beliau Yang Lebih Dikenali Sebagai Imam At-Taqiy. Imam
Taqiyuddin Al-Hishni Adalah Seorang Ulama Besar Dan Ahli Sufi Bermazhab Syafi`I
Serta Berpegang Dengan I'tiqad Imam Abul Hasan 'Ali Al-Asy'ari. Seorang Yang
Zahid Dan Sentiasa Menyeru Ke Arah Ma'ruf Dan Mencegah Kemungkaran Tanpa
Takutkan Sesiapa Hatta Para Pemerintah Dan Penguasa.
Beliau Dilahirkan Dalam Tahun 752h Di Kota Al-Hishn Dalam
Negeri Syam Kemudian Berpindah Ke Kota Dimasq Di Mana Beliau Meneruskan
Pengajiannya.
Dalam Pengembaraan Intektualnya Ia Banyak Belajar Pelbagai Disiplin Ilmu
Agama Kepada Para Ulama Besar Yang Ada Pada Saat Itu.
Guru-Gurunya Ialah:
1. Syaikh Abul 'Abbas Najmuddin Ahmad Bin 'Utsman Bin 'Isa Al-Jaabi;
2. Syaikh Syamsuddin Muhammad Bin Sulaiman Ash-Sharkhadi;
3. Syaikh Syarafuddin Mahmud Bin Muhammad Bin Ahmad Al-Bakri;
4. Syaikh Syihaabuddin Ahmad Bin Sholeh Az-Zuhri;
5. Syaikh Badruddin Muhammad Bin Ahmad Bin 'Isa;
6. Syaikh Syarafuddin 'Isa Bin 'Utsman Bin 'Isa Al-Ghazi;
Akhlak Dan Perilakunya
Akhlak Dan Perilakunya Yang Tawadhu Dan Luhur Menjadi
Tanda Pengenal Dia. Ia Seorang Sufi, Berakhlak Mulia, Dan Tidak Sombong. Ia
Terbiasa Keluar Bersama Muridnya, Berkumpul Dan Bahkan Bermain. Namun Dengan
Tetap Menjaga Kehormatannya Sebagai Guru. Ketika Dia Masih Hidup, Wilayah
Damaskus Pernah Mendapat Cobaan Berat. Diserang Oleh Tentara Tamarlenk,
Keturunan Jengis Khan. Tentara Ini Sangat Tamak, Sebagaimana Jengis Khan,
Menumpahkan Darah Siapa Saja Yang Menghalangi Dan Berambisi Menegakkan Kerajaan
Dunia Di Bawah Pimpinannya. Namun, Ia Gagal. Mujahidin Menghalau Dia.
Kondisi Ini Tidak Menghalangi Syaikh Abu Bakar
Al-Hishni Untuk Belajar Dan Mengajar. Setelah Fitnah Bangsa Tar Tar Berhasil
Dipadamkan, Syaikh Al-Hishni Menjadi Pusat Perhatian Penuntut Ilmu. Namanya
Masyhur Di Negeri Syam. Di Saat Ini, Syaikh Al-Hishni Membatasi Berbicara
Kepada Orang. Kecuali Terbatas Pada Tujuan Ilmu. Namun, Ia Terbuka Untuk
Menasihati Kepada Para Qadhi – Hakim – Dan Para Pejabat Kenegaraan. Ia Dikenal
Zuhud, Menjauhi Duniawi.
Kitab- Kitab Hasil Karyanya
Sepanjang Hidupnya, Syekh Taqiyuddin Al-Hishni Banyak
Menulis Kitab Besar Dan Bernilai Tinggi. Dalam Berbagai Lapangan. Antaranya:
1. Daf'u Syubahi Man Syabbaha Wa Tamarrada Wa Nasaba Dzalika Ila Asy-Sayyid
Al-Jalil Al-Imam Ahmad;
2. Syarah Asmaullah Al-Husna;
3. At-Tafsir;
4. Syarah Shohih Muslim (3 Jilid);
5. Syarah Al-Arbain An-Nawawi;
6. Ta'liq Ahadits Al-Ihya;
7. Syarah Tanbih (5 Jilid);
8. Kifayatul Akhyar;
9. Syarah An-Nihayah;
10. Talkhish Al-Muhimmaat (2 Jilid);
11. Syarah Al-Hidayah;
12. Adab Al-Akl Wa Asy-Syarab;
13. Kitab Al-Qawaa`Id;
14. Tanbihus Saalik;
15. Qami`Un Nufuus;
16. Siyarus Saalik;
17.Siyarush Sholihaat;
18. Al-Asbaabul Muhlikaat;
19. Ahwal Al-Qubur;
20.Al-Mawlid.
Beliau Terkenal Bukan Sahaja Kerana Ketinggian
Ilmunya, Bahkan Kerana Kewaliannya. Berbagai Karamah Telah Berlaku Ke Atas
Beliau. Antaranya Pernah Diceritakan Bahawa Sewaktu Para Mujahidin Berperang Di
Cyprus, Maka Beliau Telah Dilihat Berjuang Bersama-Sama Para Mujahid Tersebut
Sehingga Mereka Memperolehi Kemenangan. Apabila Para Pejuang Tersebut
Menceritakan Hal Tersebut Kepada Murid-Murid Beliau, Maka Murid-Murid Tersebut
Menyatakan Bahawa Beliau Sentiasa Bersama Mereka Di Dimasq Dan Tidak Pergi Ke
Mana-Mana. Begitu Juga Beliau Sering Dijumpai Berada Di Makkah Dan Madinah
Mengerjakan Haji Sedangkan Pada Masa Yang Sama Beliau Tetap Berada Di Dimasqh.
Beberapa Keramatnya Telah Disebut Oleh Syaikh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani Dalam
"Jaami` Karaamaatil Awliya`" Juz 1 Halaman 621- 622.
Karomah
Seabrek Karyanya Itu, Menunjukkan Kedalaman Dan
Keluasan Ilmu Yang Dimiliki Oleh Syekh Taqiyuddin Al-Hishni. Namun Demikian,
Sebagian Ulama Juga Mendapati Kekaromahan Atau Tingkat Kewalian Dari Pengarang
Kitab Kifayah Al-Akhyar Ini.
Sebagaimana Disebutkan Oleh Syekh Yusuf Bin Ismail
An-Nabhani Dalamkitabnya Jaami` Karaamaatil Awliya` Juz 1 Halaman 621- 622,
Syekh Taqiyuddin Merupakan Seorang Ulama Yang Memiliki Kemuliaan Tinggi. Ia
Menyebutkan, Sewaktu Para Mujahidin Berperang Di Cyprus, Maka Banyak Diantara
Mereka Yang Melihatnya Ikut Membantu Perjuangan Umat Islam Di Cyrus, Sehingga
Akhirnya Mereka Memperoleh Kemenangan. Ketika Mereka Menceritakan Hal Itu
Kepada Murid-Muridnya Di Damaskus, Para Muridnya Menyatakan, Bahwa Syekh
Taqiyuddin Tidak Pergi Kemana-Mana Dan Senantiasa Mengajarkan Ilmu Di Damaskus.
Dalam Suatu Kesempatan, Syekh Taqiyuddin Juga Terlihat Berada Di Makkah Dan
Madinah Mengerjakan Ibadah Haji Bersama Umat Islam Lainnya. Namun, Di Waktu
Yang Sama, Murid-Muridnya Sedang Bersama Syekh Taqiyuddin Belajar Ilmu Agama.
Kewafatannya
Beliau Wafat Pada Tahun 829h Dan Dikebumikan Di
Dimasq. Mudah-Mudahan Allah Sentiasa Mencucurkan Rahmatnya Dan Kasih-Sayangnya
Kepada Beliau Yang Telah Menghabiskan Umurnya Untuk Mengabdi Kepadanya Serta
Menyebar Luas Ilmu Agama.
B.
Isi Dan
Sistematik Kitab
1.
Bab Thaharah
2.
Bab Sholat
3.
Bab Zakat
4.
Bab Puasa
5.
Bab Haji
6.
Bab Jual Beli
Dan Muamalah
7.
Bab Faraidi Dan
Warisan
8.
Bab Nikah
9.
Bab Pidana
10.
Bab Perang
11.
Bab Berburu Dan
Menyembeli
Sistematik Pembahasan Kitab Kifayah
Al-Akhyar Di Antara Kitab Yang Cukup Rinci Dan Detil Dalam Menerangkan Satu
Topik Pembahasan. Ia Disusun Dengan Sistematika Yang Sangat Baik, Sebagaimana
Kitab-Kitab Fiqh Lainnya. Berdasarkan Beberapa Buah Cetakan 'Arabnya, Kitab Ini
Dibahagikan Kepada Dua Juzuk, Dalam Sebuah Buku. Dalam Juzuk Pertama, Pengarang
Memulai Pembahasannya Tentang Bersuci (Thaharah) Sebanyak 17 Fasal, Lalu
Dilanjutkan Dengan Bab Shalat (16 Fasal), Zakat (15 Fasal), Puasa (7 Fasal),
Haji (5 Fasal), Dan Bab Jual Beli (23 Fasal). Setiap Bahasan Diawali Dengan
Penjelasan Maksud Atau Definisi Bagi Setiap Bab Perbahasannya, Kemudian
Dilanjutkan Dengan Berbagai Penjelasan Bagi Setiap Fasal. Sementara Itu, Dalam
Bagian Kedua, Pengarang Menjelaskan Tentang Masalah Luqathah, Waris (Faraid)
Dan Wasiat, Bab Nikah, Jinayat (Jenayah), Hudud, Jihad, Peradian, Dan Lainnya.
Semuanya Diterangkan Secara Jelas.
C.
Metode
Penulisan, Teknik, Karaktristik Model Kedudukan Kitab Fiqih, Pengaruh Kitab
a.
Metode
penulisan
Metode penulisan kitab ini pun dibuat sangat
sederhana, dimana matan al-Ghayah wa at-Taqrib ditulis di bagian
atas, lalu di bawahnya ada penjelasan yang merupakan kitab Kifayatul
Akhyar ini. Selain yang telah disebutkan di atas, di antara keistimewaan
lainnya adalah:
1. Pertama, penjabaran syarah dalam kitab ini disampaikan secara ringkas
namun mencukupi kebutuhan thalibul ilmi untuk mempelajari fikih dari dasar.
Seperti kitab-kitab fikih lainnya, diawali dengan
bab thaharah, shalat, puasa, zakat, haji, wasiyat, perwarisan,
perkawinan, dan diakhiri dengan bab pembebasan.
2. Kedua, dalam penjelasannya disertakan dalil-dalil yang terkait dengan
permasalahan yang dibahas. Terlebih dahulu penulis memaparkan dalil dari
al-Qur’an, as-Sunnah, Ijma’ dan Qiyas, kemudian mulai menjelaskan dengan
syarahnya.
Apabila dalam
matan al-Ghayah wa at-Taqrib kita hanya menemukan hasil akhir dari
ilmu fikih, tanpa disebutkan dalil-dalilnya, maka dalam kitab ini kita akan
mendapati dalil-dalil yang melatarbelakangi hasil akhir tersebut. Bahkan
terkadang penulis menyebutkan lebih dari satu dalil dalam sebuah permasalahan,
juga menyebutkan beberapa riwayat hadits yang lain, serta menjelaskan sebagian
kalimat yang sulit untuk difahami.
3. Ketiga, menyebutkan perbedaan pendapat antara Imam ar-Rafi’i dan Imam
an-Nawawi. Sebagaimana telah diketahui, dalam mazhab Syafi’i mulai banyaknya
penulisan kitab mazhab bermula dari dua imam besar, yaitu Imam ar-Rafi’i dan
Imam an-Nawawi. Dalam persoalan yang disepakati oleh dua imam ini, tentunya
setelah dikaji dan ditarjih maka akan dijadikan sebagai pendapat mazhab
Syafi’i. Adapun jika mereka berselisih pendapat maka pendapat Imam
an-Nawawi lah yang diambil, atau jika terdapat pendapat ulama lain
dalam mazhabnya yang rajih maka pendapat itulah yang diambil.
D.
Contoh
Pembahasan Kitab 2 Topik
a)
Bab Thaharah
Air Yang Boleh Digunakan Bersuci Ada
Tujuh Jenis Diantaranya : Air Langit, Air Hujan, Air Laut, Air Sungai, Air Sumur,
Air Mata, Air Es, Air Dingin. Dan Ada Pula Pembagian Air Menjadi Empat : Air
Yang Suci, Air Yang Menyucikan, Dan Air Yang Tidak Makruh.
Kata Al- Kitab Artinya Menghimpun Mengumpulkan.Jika Mereka Dikatan
Berkumpul Diantaranya Kumpulan Pasir.
Thaharah Secara Bahasa Nadofah Ke
Bersihan. Misalnya: Seperti Aku Membersihkan Pakaian. Secara Istilah Thaharah
Adalah Istilah Untuk Menghilangkan Hadas Dan Membersihkan Najis, Baik Makna
Ataupun Bentuknya Seperti Mencuci, Baik Yang Ke Dua Maupun Yang Ketiga, Mandi Yang
Di Sunnahkan Memperbaharui Wudhu, Dan Tayamum Dan Lain- Lain Sebagainya Yang
Tidak Menghilangkan Hadas Dan Melenyapkan Najis Tetapi Secara Makna Dia Tetap
Thaharah. Lalu Dia Berkata: Air Yang Boleh Digunakan Bersuci Ada Tujuh Jenis
Diantaranya : Air Langit, Air Hujan, Air Laut, Air Sungai, Air Sumur, Air Mata,
Air Es, Air Dingin. Dalil Air Hujan ( Dan Aku Menurunkan Air Kepadamu Untuk
Menyucikan Diri Dengan Air Itu) Tentang Air Launt. Sabda Nabi Tentang Ditanya
Air Laut Beliau Bersabda: Air Laut Itu Suci Dan Bangkai Yang Di Dalamnya Halal
Dibenarkan Oleh Ibnu Shahibah, Tirmizi, Dan Bukhori. Tentang Air Sumur Hadits
Shahaih R.A : Wahai Rasulullah, Engkau Berwudhu Mengambildari Sumur Yang
Didalamnya Orang- Orang Yang Menggunakan Untuk Bersih- Bersih Dari Haid Dan
Kotoran? Rasulullah Menjawab : Air Itu
Tidak Di Najisi Oleh Sesuatu Apapun Hadis Ini Benar- Benar Oleh Tirmizi Dan Di
Benarkan Oleh Imam Ahmad Adapun Air Sungai Dengan Air Mata Air Di Dalamnya Sama
Dengan Sumur Adapun Air Es, Dan Air Dingin Maka Dalilnya Adalah Hadist Abu
Hurairah R.A, Dan Dari Abdul Rahman Yang Paling Shahaih Dia Berkata Apabila
Rasulullah Bertakbir Dalam Shalat Maka Beliau Diam Sejenak Sebelum Membaca. Dia
Berkata : Ya Allah, Bersihkan Aku Dari Dosa- Dosaku Dengan Air Salju Dan Dingin
( Hr. Bukhori Dan Muslim) Beliau Berkata: Air Di Bagi Menjadi Empat Jenis:
1.
Air Yang Suci
2.
Air Yang
Menyucikan
3.
Air Yang Tidak
Makhruh
4.
Air Yang Mutlak
Inilah Air Yang
Dapat Menghilangkan Hadas Dan Melenyapkan Najis Yaitu Air Mutlak, Adapun
Batasannya Di Perselisihkan Ada Bendapat Lain Mengatakan: Batasannya Adalah
Tanpa Ada Batasan Dan Penambahan Sebagaimana Lainnya. Demikian Pendapat Yang
Benar Kitab Muharikh Dan Di Kuatkan Oleh Imam Syafi’i Yang Berpendapat Tentang
Batasan Yang Di Sepakati Firman Allah (Air Siraman Kotor ) ( Dari Air Yang
Memancar) Dan Ungkapan: Penambahan Yang Lazim Di Sepakati Air Bunga Mawar,
Ada Yang Tidak Lazim Seperti Air Sungai,
Penambahan Tersebut Tidak Merubah Bentukya Dan Sifatnya Menghilangkan Hadas Dan
Najis, Karna Sifatnya Yang Mutlak Dan Beberapa Yang Menyatakan Air Yang Mutlak
Itu Adalah Air Yang Tersisa Dari Sifat Aslinya, Ada Juga Pendapat Setiap Yang
Dinamakan Air Mutlak, Karna Apabila Air Dimutlakan Atau Disalurkan, Maka Dia
Akan Berubah Demikian Dikatakan Ibnu Shahalah Dan Di Ikuti Nawawi Dalam Kitab
Sharah Muhajab. Dia Berkata: Air Yang Suci Menyucikan Tapi Hukumnya Makruh
Yaitu Air Yang Terjemur Matahari. Jenis Air Kedua: Air Suci Mensucikan Tapi
Hukumnya Makruh, Air Itu Suci Untuk Dirinya Sendiri Atau Secara Subtansi Karna
Tidak Tersentuh Najis Dan Dapat Mensucikan Atau Mengangkat Hadas Yang
Menghilangkan Najis Apakah Air Tersebut Makruh Ada Perselisihan Yang Paling
Shahih Menurut Rafi’i Adalah Makruh, Ini Yang Tidak Disepakati Oleh Penyusun
Buku Ini Tetapi Ar- Rafi’i Beralasan Bahawa Rasulullah Saw Melarang Aisyah
Untuk Mengunakan Air Musamah Dan Berkata Bahwa Air Musamah Dapat Menurunkan
Penyakit. Hadist Dari Ibnu Abas Bahwasannnya Rasulullah Bersanbda: Barang Siapa
Yang Mandi Dengan Air Matahari Maka Wudhu, Mencela Kecuali Dirinya Sendiri Dan
Umar Membencinya Beliau Berkata: Sesungguhnya Air Musamah Menyebabkan Penyakit
Atas Dasar Ini Air Musamaah Atau Air Yang Menyucikan Itu Di Makruhkan Dua
Syarat:
1.
Apabila Air
Musamaah Tersebut Berada Di Tempat Yang Tetap Seperti Almunium, Besi, Timah
Dikarenakan Matahari Memberikan Dampak Kepadannya, Maka Akan Keluar Dari Air
Tersebut Muncul Penyakit Tetapi Jika Tempat Tersebut Dari Emas Dan Perak. Karna
Kebersihan Kejernihan Zatnya Tetap Kepada Emas Tadi Diharamkan Penggunanya
Sebagaimana Yang Akan Dijelaskan, Andai Kata Air Musamah Dituangkan Dari Tempat
Tersebut Emas Dan Perak Tepat Yang Di Bolehkan Maka Hukumnya Boleh Karna Telenyapnya
Bunga Dan Begitu Pula Tidak Makruh Tempat Keramik Karna Tidak Ada Ilatnya.
2.
Bahwa Solarisasi
Terjadi Di Negara Itu Terjadi Dua Cuaca Diantaranya Panas Maupun Dingin Dan Sedang, Efek Matahari Di Dalamnya
Lemah. Berarti Apabila Air Yang Terjemur Matahari, Maka Air Jemuran Matahari Di
Dalam Kolam Renang Dan Kolam Tanpa Kontroversi, Apakah Air Yang Tercampur Air
Matahari ? Ada Dua Aspek Untuk Itu, Yang Benar Menurut Sharh Al-Muhashab Bahwa Itu Sah.Untuk Alasan
Ini Diperbolehkan Untuk Digunakan Maupun Tidak, Dan Yang Kedua Adalah Fiktif,
Karena Bersifat Indikatif, Maupun Sundut Pandang Ahli Kesehatan.
3. Al-Nawawi Mengatakan Dalam Zaidah Al-Rawdah Bahwa Itu Lebih Benar Dalam Hal Pembuktian, Yang Merupakan Pandangan Sebagian Besar Ulama, Dan Itu Bukan Bukti Yang Dapat Diterima. Jika Kita Mengatakan Bahwa Itu Ketidak Bolehan , Itu Adalah Makrooh Yang Tidak Mencegah Kemurnian, Menurut Ahli Kesehatan. Allah Lebih Mengetahui Yang Terbaik, Dalam Hidup Menurut Ilatnya Pendapat Al-Rafi’i
b) Bab Sholat
Shalat Menurut Bahasa: Do’a. Sedangkan Menurut Istilah (Ahli Fiqih) Berarti: Perbuatan (Gerak) Yang Di Mulai Dengan Takbir Dan Dakhiri Dengan Salam, Dan Syarat- Syarat Tertentu. Shalat Sunat Rawatib Adalah Shalat Sunat Yang Berdampngna Wtuny Dengna Shlaat Wajib. Shalat Ini Ada 17 Rakaat (Ada Pula Yang Berpendapat 10 Rakaat)
17 Rakaat Tersebut Ialah:
1. Dua (2) Rakaat Fjar ( Sebelum Subuh)
2. Empat (4) Rakaat Sebelum Duhur
3. Dua (2 ) Raka’at Setelah Dhuhur.
4. Empat (4) Raka’ At Sebelum Ashar
5. Dua (2 ) Raka’at Sesudah Maghrib
6. Tiga (3) Raka’at Sesudah Isya’ ( Satu Raka’at Dari Yang 3 Itu Shalat Witir).
Adapun Yang
Berpendaapat 10 (Sepuluh Raka’at) Ialah:
1. Dua (2) Raka’at Sebelum Shubuh.
2. Dua (2) Raka’at Sebelum Dhuhur.
3. Dua (2) Rka’at Setelah Dhuhur.
4. Dua (2) Raka’at Sebelum Asar.
5. Dua (2) Raka’at Sesudah Isya’.
Pendapat In Berdasar Rwayat (Hadits) Yang Di Riwayatkan Oleh Ibnu Umar Yang
Artinya:“Saya (Iibn Umar) Shalat Berdasarkaan Nabi 2 Raka’at Sebelum Duhur, 2
Raka’at Sesudahnya, 2 Raka’at Sesudah Magrib Dan 2 Raka’at Sesudah Isya”.
Adapun Hadits- Hadits Yang Menunjukan Nabi Shalat Sunnat Sebelum Duhur 4
Raka’at Dan 4 Raka’at Sebelum Ashar, Ialah Hadits Dari Ali R. A Yang Artinya: “
Adalah Nabi Shalat Sunat Sebelum Ashar 4 Raka’at Yang Beliau Pisah (Dengan
Salam)”
Aisyah Juga Meriwayatkan Yang Artinya:
“Adalah Nabi Tidak Pernah Meninggalkan Shalat Sunat 4 Raka’at Sebelum
Dhuhur.” (H.R Bukhari)
Shalat Sunat Yaang Melakukannya Harus Dengan Berjamaah Ada 5:
1. Shalat Sunat Hari Raya Fitr (Shlat Ide)
2. Shalat Sunat Hari Raya Qurban
3. Shalat Sunat Gerhana Matahari
4. Shalat Sunat Gerhana Bulan
5. Shalat Sunat Minta Hujan (Istsqa)
Syarat Wajib Shalat Ada 3 Yaitu:
1. Islam
2. Baliqh
3. Berakal
Kalo Tiga Syarat
Tersebut Terkumpul Pada Seseorang, Dan Untuk Wanita Dalam Keadaan Suci, Tidak
Sedang Haid Atau Nifas, Maka Wajib Sholat. Olah Kafir Tidak Ada Kewajiban
Sholat, Tidak Harus Mengqdha Shalat Dikala Masuk Islam. Tetapi Orang Yang
Murtad, Kalo Kembali Lagi Menjadi Muslim Mengqdha Shalat Yang Ditinggalkannya.
Sedangkan Anak Kecil, Orang Sakit, Orang Gila, Hilang Akalnya Sebab Sakit,
Tidak Berkewajiban Shalat, Berdasarkan Shalat Nabi: “ Pena Diangkat( Ewajiban Gugur) Dar Tga
(Orang): Orang Yang Tidur Hingga Bangunan Anak Kecil Hingga Bermimpi (Baligh)
Dan Orang Gila Hingga Berakal (Sembuh)”. (H.R Abu Dawud, No. 4403, Tirmizi, No. 1423,
Nasa’i, No. 3432, Ibnu Majah, No.2041)
Shalat Wajib Ialah Yang Harus Dikerjakan Oleh Seorang Muslim, Shalat Wajib
Ada 5 Yaitu:
1. Shalat Duhur: Jumlah Raka’atnya 4 Raka’at, Dan Waktunya Sejak Matahari
Condong Ke Arah Barat Sampai Bayangan
Sama Dengan Bendanya.
2. Shalat Ashar: Jumlah Rakaatnya 4 Raka’at Dan Waktunya Sejak Bayangan Lebih
Panjang Dari Benda Sampai Bayangan 2 Kali Lebih Panjang Dari Bendanya, Sekitar
Hampir Terbenamnya Matahari
3. Shalat Magrib: Jumlah Rakaat 3 Raka’at, Dan Waktunya Sejak Terbenam
Matahari Sampai Mea Kuning Hilang
4. Shalat Isya: Jumlah Rakaatnya 4 Raka’at, Dan Waktunya Sejak Hilannya Mega
Kuning Sampai Fajar Shadiq (Hampir) Terbit.
5. Shalat Subuh: Jumlah Rakaatnya 2 Raka’at, Waktunya Shubuh Diawali Dari
Munculnya Fajar Shaddiq, Yakni Cahaya Putih Yang Melintang Di Ufuk Timur. Waktu
Shubuh Berakhir Ketika Terbitnya Matahari.
Asal Diwajibkannya Shalat Berdasarkan Firman Allah Swt: Yang Artinya: “Dan
Dirikanlah Shalat, Tunaikanlah Zakat Dan Ruku’lah Beserta Orang- Orang Yang
Ruku”. (Al- Baqarah: 43)
Ayat Tersebut Memerintahkan Untuk Memelihara Shalat. Hadits Yang Menyebut
Tentang Keharusan Shalat Banyak Sekali, Dimulai Dengan Penyebutan Waktunya,
Sebab Mengetahui Waktu Itu Penting Sekali, Dengan Masuknya Shalat, Shalat
Diwajibkan.
Allah Berfirman yang Artinya: “ Maka Apabila Kamu Telah Menyelesaikan
Shalat(Mu), Ingatlah Allah Diwaktu Berdiri, Diwaktu Duduk Dan Ditempat
Berbaring. Kemudian Apabila Kamu Telah Merasa Aman, Maka Dirikanlah Sholat Itu
(Sebagimana Biasanya). Sesungguhnya Shalat Itu Adalah Fardhu Yang Ditentukan
Waktunya Atas Orang- Orang Yang Beriman”. (An- Nsa: 103)
Nab Saw Bersabda Yang Artinya: “ Jibril As. Mengimamiku Di Rumah Dua Kali,
Ia Shalat Duhur Bersamaku Ketika Matahari Condong (Kebarat) Sedikit, Dan Shalat
Ashar Ketika Bayangan Sudah Sama Dengan Bendanya (Panjangnya) Dan Shalat Magrib
Ketika Orang Yang Puasa Berbuka, Dan Shalat Isya Ketika Mega( Awan) Merah Telah
Hilang, Dan Shalat Subuh Ketika Orang- Orang Yang Berpuasa (Hr. Abu Daud Dan
Tirmidzi)
B.
Penutup
Kesimpulan
Kitab Kifayah Al-Akhyar Ini Adalah Kitab Fiqh Yang Cukup Ringkas
Namun Sangat Detil Dalam Menerangkan Hukum-Hukum Fiqh Seperti Bersuci, Shalat,
Puasa, Zakat, Haji, Wasiat, Waris, Perkawinan, Dan Lain Sebagainya. Di Dalamnya
Juga Dilengkapi Dengan Dalil-Dalil Yang Menjadi Dasar
Hukum Dari Tajuk Pembahasan Tersebut. Karena Dalam Dan Luasnya Pembahasan
Yang Diungkapkan Dalam Kitab Kifayah Al-Akhyar Ini, Para Ulama Dan Intelektual
Muslim Berusaha Menterjemahkannya Ke Dalam Berbagai Bahasa, Termasuk Bahasa
Indonesia, Malaysia, Thailand, Inggeris, Perancis, Dan Lainnya. Sesuai Dengan
Namanya (Kifayah Al-Akhyar), Nampaknya Syeikh Al-Imam Taqiiyuddin Abu
Bakr Menginginkan Kitab Ini Menjadi Pilihan Utama Dan Terbaik Dalam Pembahasan
Masalah-Masalah Fiqh, Terutama Dalam Mazhab Syafi’i.
Syeikh Taqiyuddin Mengharapkan, Umat Islam Yang Mempelajari
Kitabnya Ini, Agar Secara Giat Menekuni Dan Mendalami Ilmu Fikih. Menurutnya,
Mereka Yang Serius Menekuni Ilmu Fiqh Dan Mengamalkannya Dalam Kehidupan
Sehari-Hari Dalam Menjalankan Ibadah Kepada Allah Swt, Niscaya Ia Telah Meretas
Sebuah Jalan Menuju Surga. Hal Itu Diungkapkannya Dalam Pembukaan (Muqaddimah)
Dari Kifayah Al-Akhyar. 'Faidza Kana Al-Fiqh Bihadza Al-Martabah Al-Syarifah
Wa Al-Mazaya Al-Munifah, Kana Al-Ihtimam Bihi Fi Al-Darajah Al-Ula. Wa Sharf
Al-Auqat Al-Nafsiyyah Bal Kull Al-'Umr Fihi Aula. Lianna Sabilahu Sabil
Al-Jannah.' ''Karena Memiliki Martabat Mulia Dan Keunggulan Yang Luhur Ini,
Maka Menekuni Ilmu Fiqh Menjadi Prioriti Utama. Bahkan Akan Lebih Baik Jika
Seseorang Menekuninya Sepanjang Hayat. Sebab, Menekuni Fiqh Adalah Meretas
Jalan Surga,'' Jelas Syeikh Taqiyuddin.
Memang Tak Disangsikan Lagi, Hanya
Dalam Literatur Dan Kitab-Kitab Fiqhlah Terpapar Berbagai Kajian Yang Lebih
Mendalam Dan Detil Tentang Berbagai Ritual Ibadah Dalam Islam, Seperti Shalat,
Puasa, Zakat, Haji, Perkawinan, Waris, Perceraian, Dan Lainnya. Dalam Konteks
Ini, Tentu Saja Fikih Lebih Unggul Dan Mulia Bagi Mereka Yang Sentiasa Tekun
Mempelajari Dan Mengamalkannya. Nabi Saw Bersabda: ''Barangsiapa Yang
Dikehendaki Allah Suatu Kebaikan Padanya, Niscaya Dia Akan Memudahkan Dan
Membuatnya Pandai Dalam Masalah Agama.'' (Man Yurid Allah Bihi Khairan,
Yufaqqihhu Fi Al-Din).
0 comments:
Post a Comment