Pages

Friday, May 24, 2019

KITAB AL MUGHNI FI SYARH MUKHTASHAR AL-KHIRAQI


 
Nama  : NUR RIZKA ALIYA HAPSANI
NIM    : 1163040068
Kelas   : PMH/VI/B      
Kitab Al Mughni Fi Syarh Mukhtashar Al-Khiraqi Karya Abul Qasim Umar bin Al
Husain Al Khiraqi
Biografi
            Ibnu Qudamah memiliki nama lengkap yaitu Syaikh Muwaffiq al-Din Abu Muhammad, Abdullah bin Ahmad Ibn Muhammad Ibnu Qudamah al-Hanbali bin Miqdam Ibnu Abdullah al-Maqdisi al-Dimasyqi. Seorang ulama besar dibidang ilmu fiqh, yang kitab-kitab fiqhnya merupakan standar bagi madzhab Hanbali, dan beliau lahir pada bulan Sya‟ban tahun 541H/1147M di Jama‟i Damaskus Syuriah.
Ibnu Qudamah menurut sejarawan merupakan keturunan Umar Ibnu Khatab r.a. melalui jalur Abdullah Ibnu Umar Ibnu al-Khatab (Ibnu Umar). Pada tahun 551H (usia 10 tahun) ayahnya yaitu Abul Abbas Ahmad bin Muhammad Ibnu Qudamah, hijrah bersama keluarganya dengan kedua anaknya, Abu Umar dan Ibnu Qudamah, juga saudara sepupu mereka, Abdul Ghani al- Maqdisi, berhijrah dan mengasingkan diri ke Yerussalem selama dua tahun. Yaitu di lereng bukit Ash-Shaliya, Damaskus. Setelah dua tahun di sana, mereka pindah ke kaki gunung Qaisyun di Shalihia, Damaskus, sebuah desa di Libanon. Ibnu Qudamah menghafal Al Quran dan menimba ilmu-ilmu dasar kepada ayahnya, Abul Abbas, seorang ulama yang memiliki kedudukan mulia serta seorang yang zuhud. Di desa inilah beliau memulai pendidikannya dengan mempelajari Al-Qur’an dan menghafal Mukhtasyar al-Kharaqi dari ayahnya sendiri. Selain dengan seorang ayah, beliau juga belajar dengan Abu al-Makarim, Abu al-Ma‟ali, Ibnu Shabir serta beberapa Syaikh di daerah itu.
Pada tahun 561H dengan ditemani putra pamannya Al-Hafidz Abdul Ghoni, Ibnu Qudamah berangkat ke Baghdad Irak untuk menimba ilmu, khususnya dibidang fiqh. Beliau menimba ilmu di Irak dari beberapa Syaikh, diantaranya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani (470H/1077M-561H/1166M) Saat itu Syaikh berumur 90 tahun. Beliau mengaji kepadanya “Mukhtasar Al - Khiraqi” dengan penuh ketelitian dan pemahaman yang dalam, karena beliau telah hafal kitab itu sejak di Damaskus. Kemudian wafatlah Syaikh Abdul Qodir Jailani rahimahullah. Pada tahun 574 H beliau pergi ke mekkah untuk menunaikan ibadah haji, sekaligus menimba ilmu dari syaikh Al-Mubarok Ali Ibnu al-Husain Ibnu Abdillah Ibn Muhammad al-Thabakh al-Baghdadil (wafat 575 H), seorang ulama besar madzhab Hanbali dibidang fiqh dan ushul fiqh, kemudian kembali ke Baghdad dan berguru selama satu tahun kepada Abu Al-Fath Ibn al-Manni, yang juga seorang ulama besar madzhab Hanbali dibidang fiqh dan ushul fiqh.
Setelah itu kembali ke Damaskus untuk mengembangkan ilmunya dengan mengajar dan menulis buku. Selanjutnya beliau belajar dengan Syaikh Nasih al-Islam Abul Fath Ibnu Manni mengenai madzhab Ahmad dan perbandingan madzhab. beliau menetap di Baghdad selama 4 tahun. Di kota itu juga beliau mengaji hadits dengan sanadnya secara langsung mendengar dari Imam Hibatullah Ibnu Ad-Daqqaq dan ulama’lain. Diantaranya Ibnu Bathi Sa‟addullah bin Dujaji, Ibnu Taj al-Qara, Ibnu Syafi‟i, Abu Zuriah, dan Yahya Ibnu Tsabit. Setelah itu beliau pulang ke Damaskus dan menetap sebentar di keluarganya. Lalu kembali ke Baghdad tahun 576 H.
Dalam kunjungannya yang kedua di Baghdad, beliau melanjutkan untuk mengaji hadits selama satu tahun, mendengar langsung dengan sanadnya dari Abdul Fath Ibn Al-Manni. Setelah itu beliau kembali ke Damaskus, di sana dia mulai menyusun kitabnya “ Al-Mughni Syarh Mukhtasar Al-Khiraqi” (fiqih madzhab Imam Ahmad bin Hanbal). Banyak para santri yang menimba ilmu hadis kepadanya, fiqih, dan ilmu-ilmu lainnya. Dan banyak pula yang menjadi ulama fiqih setelah mengaji kepadanya. Diantaranya, keponakannya sendiri, seorang qadhi terkemuka, Syaikh Syamsuddin Abdur Rahman bin Abu Umar dan ulama lain seangkatannya. Di samping itu beliau masih terus menulis karya-karya ilmiah di berbagai disiplin ilmu, lebih-lebih di bidang fiqih yang dikuasainya dengan matang.
Murid-muridnya yang menonjol antara lain adalah dua orang anak kandungnya, yakni Abu al-Fajr Abdurrahman Ibnu Muhammad Ibnu Qudamah, ketika itu (ketua mahkamah agung di Damaskus). Dan al-Imam Ibrahim Ibnu Abdul Wahib Ibnu Ali Ibnu Surur al-Maqdisi al-Dimasqy (dikemudian hari menjadi ulama besar dikalangan madzhab Hanbali) sejak menjadikan dirinya sebagai pengajar di daerah itu sampai wafat pada tahun 620 H/ 1224 M.
 Ibnu Qudamah selain sibuk dengan mengajar dan menulis buku, sisa hidupnya juga diabadikannya untuk menghadapi perang salib melalui pidato-pidatonya yang tajam dan membakar semangat umat Islam. Beliau sebagai ulama besar Hanabilah yang zuhud, wara, dan ahli ibadah serta menguasai semua bidang ilmu, baik Al-Qur‟an dan tafsirnya, ilmu hadis, fiqh dan ushul fiqh, faraid, nahwu, hisab dan lain sebagainya. Gurunya sendiri Al-Fath Ibn al-Manni mengakui keunggulan dan kecerdasan Ibnu Qudamah, sehingga ketika beliau akan meninggalkan Irak setelah berguru kepadanya, gurunya ini enggan melepasnya, seraya berkata; “Tinggalah engkau di Irak ini karena jika engkau pergi, tidak ada lagi ulama ‟yang sebanding dengan engkau disini”.
Sebagaimana yang diceritakan oleh Sabth Ibn al-Jauzi di mana beliau pernah berkata dalam hati (ber- ‟azam ) seandainya aku mampu, pasti akan kubangun sebuah madrasah untuk Ibnu Qudamah dan akan aku beri seribu Dirham setiap harinya. Selang beberapa hari beliau bertandang ke kediaman Ibnu Qudamah untuk bersilaturrahmi, seraya tersenyum, Ibnu Qudamah berkata kepadanya, “Ketika seorang berniat melakukan sesuatu yang baik, maka dicatat baginya pahala niat tersebut”. Pengakuan ulama besar terhadap luasnya Ibnu Qudamah dapat dibuktikan zaman sekarang melalui karya-karya tulis yang ditinggalkannya.
Sebagai seorang ulama besar dikalangan madzhab Hanbali, beliau meninggalkan beberapa karya besar yang menjadi standar dalam madzhab Hanbali. Karyanya dalam bidang ushuluddin sangat bagus, kebanyakan menggunakan metode para muhaditsin yang dipenuhi hadits-hadits atsar beserta sanadnya, sebagaimana metode yang digunakan oleh Imam Ahmad Ibn Hanbal dan Imam-imam hadits lainnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Abdul Aziz Abdurrahman Al- Said, seorang tokoh fiqh arab Saudi, karya-karya Ibnu Qudamah dalam berbagai bidang ilmu seluruhnya berjumlah 31 karya atau buah, dalam ukuran besar dan kecil. 
Imam Ibnu Qudamah wafat pada hari Sabtu, tepat di hari Idul Fitri tahun 629 H. Beliau dimakamkan di kaki gunung Qasiun di Shalihiya, di sebuah lereng di atas Jami‟ Al-Hanabilah (masjid besar para pengikut madzhab Imam Ahmad bin Hanbal).
Isi dan Sistematika Kitab
Al Mughni Syarah Mukhtashar Al Khiraqi begitulah kitab ini diberi nama, atau yang biasa disebut dengan Al Mughni. Kitab ini bisa dibilang adalah masterpiece-nya Ibnu Qudamah dalam disiplin ilmu fiqih secara umum dan fiqih mazhab Hanbali secara khusus. Nama lengkap beliau adalah Muwaffaquddin Abu Muhammad ‘Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah Al Jamma’ili Al Maqdisi Ad Dimasyqi Ash Shalihi Al Hanbali (541 - 620 H). Kitab ini tidak hanya menguraikan, mensyarah atau menjelaskan ungkapan-ungkapan yang terkandung dalam kitab Mukhtashar Al Khiraqi saja, tetapi penulisnya juga mengemukakan perbedaan pendapat dan riwayat yang terjadi di kalangan para ulama mazhabnya yaitu mazhab Hanbali dalam berbagai masalah dengan disertai dalil-dalinya.
Kitab Al-Mughni merupakan kitab yang disusun sebagai huraian (syarah) kepada kitab Mukhtashar al-kharaqi (الخرقي مختصر), sebuah kitab fiqh dalam mazhab Hanbali karya Abu al-Qasim ‘Umar bin al-Husain bin ‘Abdullah al-Kharaqi. Sebagaimana kitab-kitab fiqih pada umumnya, kitab ini memulai pembahasan dengan kitab Thaharah, Shalat,  Jenazah,  Zakat, Puasa,  I’tikaf,  Haji, Nikah dan masih banyak lagi yang lainnya dengan disertai bab-bab dan pasal-pasal serta permasalahan ditiap kitabnya, lalu ditutup dengan kitab ‘Itqu Ummahatil Aulad.
Metode, Teknik, Karakteristik
Kitab ini dengan membawa method pembahasan fiqh perbandingan (muqorran) antara mazhab dengan menjadikan mazhab fiqh Imam Ahmad bin Hanbal sebagai keutamaan, dimana ia dilahirkan dari kalangan kelompok mazhab Imam Ahmad Bin Hanbal. Kitab ini sebaris dengan deretan karya-karya fiqh muqarran lainnya. Beliau mengemukakan pembahasan-pembahasan fiqh antara mazhab, dalil-dalilnya, dan kemudian menjelaskan kesimpulan yang paling tepat berdasarkan Ijtihad beliau.
Beliau juga turut mengemukakan perbedaan pendapat yang berlaku dan berkembang dikalangan para ulama mazhab Hanbali dalam pelbagai masalah beserta hujah-hujah dalilnya. Kemudian beliau bandingkan dengan pendapat-pendapat dari kalangan ulama mazhab yang lain yaitu, mazhab Malik, Abu Hanifah, Asy-Syafi’i, termasuk pula ulama yang jarang diketahui seperti mazhab Imam al-Hasan al-Basri, Atha’, Sufyan at-Tsauri, serta beberapa yang lain. Termasuk juga didalamnya mazhab para sahabat dan para tabi’in.
Tidak hanya sampai sebatas menyebutkan pendapat-pendapat para ulama mazhab lain saja dalam masalah tertentu, tetapi beliau juga menyebutkan dalil-dalil yang mereka gunakan, kemudian beliau menjelaskan kedudukan dalil-dalil tersebut dari sisi kekuatan dan kelemahannya. Tidak diragukan lagi, bahwa kitab Al Mughni ini adalah merupakan kitab kajian fiqih terbaik yang disusun dalam format fiqih perbandingan (muqaranah), yang waktu itu tidak banyak ulama dari mazhab lain yang menyusun kitab dengan metodologi seperti ini.
Kitab ini lumayan tebal, ada 16 jilid versi penerbit Darul Hadits Qairo, dan terdapat pula melalui format PDF atau program Maktabah Syamilah yang bisa kita install dalam laptop ataupun Hp, sehingga memudahkan kita untuk membaca dan mempelajarinya baik dimana dan kapan saja. Sejatinya kitab ini cuma 14 jilid karena 2 jilid terakhir adalah fihris atau daftar isi. Pada jilid 15 dan 16 memuat daftar isi dari ayat-ayat Al Qur’an, hadits-hadits nabawi, atsar-atsar dari para sahabat, panggilan-panggilan (kuniyah) dan lain sebagainya.
Pada terbitan Darul Hadits ini kitab Al Mughni dicetak bersamaan dengan kitab Asy Syarhu Al Kabir yang ditulis oleh keponakan Ibnu Qudamah yang bernama Abdurrahman bin Muhammad bin Ahmad bin Qudamah Al Maqdisi (w 682). Asy Syarhu Al Kabir adalah syarah dari kitab Ibnu Qudamah yang bernama Al Muqni’.
Banyak para ulama yang memuji dan mengapresiasi kitab Al Mughni ini dan menganggapnya sebagai salah satu referensi terbaik, tepat dan sangat direkomendasikan bagi mereka yang mau memperdalam ilmu fiqih perbandingan selain kitab-kitab fiqih perbandingan lainnya, seperti kitab Bada’i Ash Shana’i karya Imam Al Kasani, Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rusyd Al Hafid dan Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab karya Imam An Nawawi.
Meskipun pembahasan dalam kitab ini lengkap dengan pendapat berbagai mazhab disertai dalil-dalilnya, tapi jangan harap bisa menemukan pembahasan masalah fiqih yang bersifat kontemporer atau terkini, karena ini adalah kitab fiqih klasik. Kitab ini juga tidak diperuntukkan buat mereka yang awam, baru melek ilmu fiqih dan baru bisa bahasa Arab, karena ditakutkan ketika membacanya bukan tambah paham, malah tambah bingung, karena memang kitab ini sejatinya diperuntukkan lebih tepatnya buat mereka yang sudah punya dasar-dasar ilmu fiqih, jadi tidak akan kelimpungan dan kebingungan dengan berbagai perbedaan pendapat yang ditemui dalam kitab ini. Namun, kitab ini sudah ada yang menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia, meskipun belum semuanya selesai diterjemahkan.
Kedudukan Kitab
            Kitab Mukhtashar Al Khiraqi karya Abul Qasim Umar in Al Husain Al Khiraqi (w 334 H), ini adalah salah satu kitab yang paling masyhur dikalangan mazhab Hanbali, bisa dikatakan kitab ini adalah kitab induk dalam mazhab Hanbali. Oleh karena itulah banyak para ulama yang mensyarah kitab ini, bahkan menurut Syeikh ‘Izzuddin Al Mishri syarah kitab ini ada sekitar 300 kitab. Diantara kitab syarahnya yang terbaik adalah kitab Al-Mughni karya Ibnu Qudamah.
Kitab ini tergolong kitab kajian terbesar dalam masalah fiqih secara umum, dan khususnya di madzhab Imam Ahmad bin Hanbal. Sampai-sampai Imam „Izzudin Ibn Abdus Salam As-Syafi‟i, yang digelari Sulthanul ulama„ mengatakan tentang kitab ini: “Saya merasa kurang puas dalam berfatwa sebelum saya menyanding kitab Al-Mughni ”.
Contoh
كتاب الزكاة
باب صدقة الإبل
وليس فيما دون خمس من الإبل سائمة1 صدقة فإذا ملك خمسا من الإبل فأسامها أكثر السنة ففيها شاة وفي العشر شاتان وفي خمس عشرة ثلاث شياه وفي العشرين أربع شياه فإذا صارت خمسا وعشرين ففيها بنت مخاض2 إلى خمس وثلاثين فإن لم يكن فيها بنت مخاض فابن لبون ذكر فإذا بلغت ستا وثلاثين ففيها ابنة لبون3 إلى خمس وأربعين فإذا بلغت ستا وأربعين ففيها حقة4 طروقة الفحل إلى ستين فإذا بلغت إحدى وستين ففيها جذعة5 إلى خمس وسبعين فإذا بلغت ستا وسبعين ففيها ابنتا لبون إلى تسعين فإذا بلغت إحدى وتسعين ففيها حقتان طروقتا الفحل إلى عشرين ومائة وهذا كله مجمع عليه فإن زادت على عشرين ومائة ففي كل أربعين بنت لبون وفي كل خمسين حقة ومن وجبت عليه ابنة لبون وليست عنده وعنده حقة أخذت منه وأعطي الجبران من شاتين أو عشرين درهما وإن وجبت عليه حقة وليست عنده وعنده بنت لبون أخذت منه ومعها شاتان أو عشرون درهما والله أعلم.
__________
1 سائمة: الإبل الراعية، والسائمة الماشية المقتناة للنسل والسمن إذا كانت ترعى دون تكلفة أكثر أيام السنة
2 بنت مخاض: ما بلغت حولا.
3 ابنة لبون: ولد الناقة إذا استكمل السنة الثانية ودخل في الثالثة.
4 حقة: ما بلغت ثلاثة أعوام.
5 جذعة: ما بلغت أربعة أعوام.

Dalam kitab ini penulis menjelaskan tentang zakat. Seperti didalamnya terdapat pembahasan tentang jenis binatang ternak yang wajib dizakati dan nisabnya, tidak ada kewajiban mengeluarkan zakat unta jika kurang dari 5 ekor, maka setiap lima ekor unta zakatnya satu ekor kambing. Apabila sampai 5 ekor, digembalakan dan cukup masanya setahun, zakatnya ialah seekor kambing betina. Jika jumlahnya mencapai 10 ekor, zakatnya 2 ekor kambing betina. Demikian seterusnya, yaitu setiap bertambah 5 ekor maka bertambah pula zakatnya satu ekor kambing betina,  jumlah unta yang dizakatkan ialah unta sudah mencapai 5 ekor (zakatnya satu ekor domba, 10 ekor, zakatnya 2 ekor domba, 20 ekor unta zakatnnya 4 ekor domba). 36-45 ekor unta zakatnya seekor bint labun yang usianya dua tahun dan memasuki tahun ketiga. 40-60 ekor zakatnya adalah seekor hiqqah ( unta betina berusia tiga tahun dan memasuki tahun keempat). 61-75 ekor zakatnya adalah seekor jadz’ah (unta betina yang telah berusia empat tahun dan memasuki tahun klima). 76-90 ekor unta zakatnya adalah dua ekor bint labun. 91-120 ekor unta, zakatnya adalah dua ekor hiqqah. 121-129 ekor unta zakatnya tiga ekor bint labun.
Hitungan dari 121 ekor zakatnya kembali kepada perhitungan asal, yaitu setiap tambahan lima ekor unta zakatnya satu kambing (domba). Setiap 30 ekor sapi, zakatnya 1 ekor anak sapi jantan (betina) berumur satu tahun dan setiap 40 ekor, zakatnya satu ekor sapi betina berumur 2 tahun. Zakat sapi atau kerbau yang jumlahnya antara 30-39 ekor adalah seekor tabi’ atau tabi’ah. Zakat 40-59 ekor ialah seekor musinnah. Dari angka enam puluh ekor, zakatnya adalah satu tabi’ untuk setiap tiga puluh ekor, dan setiap kelipatan empat puluh ekor, zakatnya satu ekor musinnah. 60-69 ekor zakatnya dua ekor tabi’ atau tabi’ah. 70-79 ekor, zakatnya seekor musinah dan seekor tabi’; seekor musinnah sebagai zakat untuk 40 ekor sapi, dan seekor tabi’ untuk zakat 30 ekor sisanya. 80-89 ekor, zakatnya dua ekor musinnah, 90-99 ekor, zakatnya 3 ekor tabi’, 100 ekor, zakatnya dua ekor tabi’, dan seekor musinnah; sebagai zakat untuk enam puluh ekor ditambah empat puluh ekor
Zakat Domba atau Kambing Penetapan zakat binatang ternak berupa kambing, adalah kambing yang berumur 2 tahun. Nisab kambing (domba) Banyak zakat 40-120 ekor 121-200 ekor 201-399 ekor 400-499 ekor 500-599 ekor 1 ekor kambing 2 ekor kambing 3 ekor kambing 4 ekor kambing 5 ekor kambing Jika jumlahnya melebihi seratus dua puluh ekor, zakatnya adalah dua ekor domba. Jika jumlahnya antara dua ratus sampai tiga ratus ekor, zakatnya tiga ekor domba. Jika jumlahnya melebihi tiga ratus ekor, zakatnya adalah seekor domba untuk setiap seratus ekor. 40-120 ekor domba zakatnya dua ekor domba, 201-399 ekor domba zakatnya 3 ekor domba, 400 ekor domba zakatnnya empat ekor domba, kemudian untuk setiap seratus ekor domba zakatnya seekor domba.
Zakat Kuda, Keledai dan Himar Tidak wajib zakat bagi hewan yang tidak termasuk dalam hewan bukan ternak: unta, sapi, kerbau, kambing, dan domba. Karena itu tidak wajib zakat pada kuda, baghal, dan keledai kecuali jika untuk diperdagangkan. Zakat Ternak Lainnya Semua macam usaha yang halal dikenakan zakat, begitu juga halnya dengan binatang seperti ayam, burung, ikan atau yang lainnya. Cara penghitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan standar emas dan perak atau uang. Apabila binatang ternak itu sudah mencapai nilai 93,6 gr, berarti telah mencapai nisab dan zakatnya dikeluarkan sebesar 2.5% (1/40 uang).
باب صدقة البقر
وليس فيما دون ثلاثين من البقر سائمة صدقة فإذا ملك ثلاثين من البقر فأسامها أكثر السنة ففيها تبيع1 أو تبيعة إلى تسع وثلاثين فإذا بلغت أربعين ففيها مسنة2 إلى تسع وخمسين فإذا بلغت ستين ففيها تبيعان إلى تسع وستين فإذا بلغت سبعين ففيها تبيع ومسنة فإذا زادت ففي كل ثلاثين تبيع وفي كل أربعين مسنة.
والجواميس كغيرها من البقر والله أعلم.
__________
1 تبيع: ذات الحول.
2 مسنة: ذات الحولين.
Penutup
Kitab Al Mughni Fi Syarh Mukhtashar Al-Khiraqi, merupakan sebuah kitab fiqh dalam mazhab Hanbali karya Abu al-Qasim ‘Umar bin al-Husain bin ‘Abdullah al-Kharaqi. Kitab ini dengan membawa method pembahasan fiqh perbandingan (muqorran) antara mazhab dengan menjadikan mazhab fiqh Imam Ahmad bin Hanbal sebagai keutamaan, dimana ia dilahirkan dari kalangan kelompok mazhab Imam Ahmad Bin Hanbal. Kitab ini sebaris dengan deretan karya-karya fiqh muqarran lainnya. Beliau mengemukakan pembahasan-pembahasan fiqh antara mazhab, dalil-dalilnya, dan kemudian menjelaskan kesimpulan yang paling tepat berdasarkan Ijtihad beliau.
Beliau juga turut mengemukakan perbedaan pendapat yang berlaku dan berkembang dikalangan para ulama mazhab Hanbali dalam pelbagai masalah beserta hujah-hujah dalilnya. Kemudian beliau bandingkan dengan pendapat-pendapat dari kalangan ulama mazhab yang lain yaitu, mazhab Malik, Abu Hanifah, Asy-Syafi’i, termasuk pula ulama yang jarang diketahui seperti mazhab Imam al-Hasan al-Basri, Atha’, Sufyan at-Tsauri, serta beberapa yang lain. Termasuk juga didalamnya mazhab para sahabat dan para tabi’in.

0 comments:

Post a Comment