Nama : NUR RIZKA ALIYA HAPSANI
NIM : 1163040068
Kelas : PMH/VI/B
Kitab
Al Mughni Fi Syarh Mukhtashar Al-Khiraqi Karya Abul Qasim Umar bin
Al
Husain Al Khiraqi
Biografi
Ibnu Qudamah memiliki nama lengkap yaitu Syaikh Muwaffiq al-Din Abu
Muhammad, Abdullah bin Ahmad Ibn Muhammad Ibnu Qudamah al-Hanbali bin Miqdam
Ibnu Abdullah al-Maqdisi al-Dimasyqi. Seorang ulama besar dibidang ilmu fiqh,
yang kitab-kitab fiqhnya merupakan standar bagi madzhab Hanbali, dan beliau
lahir pada bulan Sya‟ban tahun 541H/1147M di Jama‟i Damaskus Syuriah.
Ibnu Qudamah menurut sejarawan merupakan keturunan Umar Ibnu Khatab
r.a. melalui jalur Abdullah Ibnu Umar Ibnu al-Khatab (Ibnu Umar). Pada tahun
551H (usia 10 tahun) ayahnya yaitu Abul Abbas Ahmad bin Muhammad Ibnu Qudamah,
hijrah bersama keluarganya dengan kedua anaknya, Abu Umar dan Ibnu Qudamah,
juga saudara sepupu mereka, Abdul Ghani al- Maqdisi, berhijrah dan mengasingkan
diri ke Yerussalem selama dua tahun. Yaitu di lereng bukit Ash-Shaliya,
Damaskus. Setelah dua tahun di sana, mereka pindah ke kaki gunung Qaisyun di
Shalihia, Damaskus, sebuah desa di Libanon. Ibnu Qudamah menghafal Al Quran dan
menimba ilmu-ilmu dasar kepada ayahnya, Abul Abbas, seorang ulama yang memiliki
kedudukan mulia serta seorang yang zuhud. Di desa inilah beliau memulai
pendidikannya dengan mempelajari Al-Qur’an dan menghafal Mukhtasyar al-Kharaqi dari
ayahnya sendiri. Selain dengan seorang ayah, beliau juga belajar dengan Abu
al-Makarim, Abu al-Ma‟ali, Ibnu Shabir serta beberapa Syaikh di daerah itu.
Pada tahun 561H dengan ditemani putra pamannya Al-Hafidz Abdul
Ghoni, Ibnu Qudamah berangkat ke Baghdad Irak untuk menimba ilmu, khususnya
dibidang fiqh. Beliau menimba ilmu di Irak dari beberapa Syaikh, diantaranya
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani (470H/1077M-561H/1166M) Saat itu Syaikh berumur
90 tahun. Beliau mengaji kepadanya “Mukhtasar Al - Khiraqi” dengan penuh
ketelitian dan pemahaman yang dalam, karena beliau telah hafal kitab itu sejak
di Damaskus. Kemudian wafatlah Syaikh Abdul Qodir Jailani rahimahullah. Pada
tahun 574 H beliau pergi ke mekkah untuk menunaikan ibadah haji, sekaligus
menimba ilmu dari syaikh Al-Mubarok Ali Ibnu al-Husain Ibnu Abdillah Ibn
Muhammad al-Thabakh al-Baghdadil (wafat 575 H), seorang ulama besar madzhab
Hanbali dibidang fiqh dan ushul fiqh, kemudian kembali ke Baghdad dan berguru
selama satu tahun kepada Abu Al-Fath Ibn al-Manni, yang juga seorang ulama
besar madzhab Hanbali dibidang fiqh dan ushul fiqh.
Setelah itu kembali ke Damaskus untuk mengembangkan ilmunya dengan
mengajar dan menulis buku. Selanjutnya beliau belajar dengan Syaikh Nasih
al-Islam Abul Fath Ibnu Manni mengenai madzhab Ahmad dan perbandingan madzhab.
beliau menetap di Baghdad selama 4 tahun. Di kota itu juga beliau mengaji
hadits dengan sanadnya secara langsung mendengar dari Imam Hibatullah Ibnu
Ad-Daqqaq dan ulama’lain. Diantaranya Ibnu Bathi Sa‟addullah bin Dujaji, Ibnu
Taj al-Qara, Ibnu Syafi‟i, Abu Zuriah, dan Yahya Ibnu Tsabit. Setelah itu beliau
pulang ke Damaskus dan menetap sebentar di keluarganya. Lalu kembali ke Baghdad
tahun 576 H.
Dalam kunjungannya yang kedua di Baghdad, beliau melanjutkan untuk
mengaji hadits selama satu tahun, mendengar langsung dengan sanadnya dari Abdul
Fath Ibn Al-Manni. Setelah itu beliau kembali ke Damaskus, di sana dia mulai
menyusun kitabnya “ Al-Mughni Syarh Mukhtasar Al-Khiraqi” (fiqih madzhab Imam
Ahmad bin Hanbal). Banyak para santri yang menimba ilmu hadis kepadanya, fiqih,
dan ilmu-ilmu lainnya. Dan banyak pula yang menjadi ulama fiqih setelah mengaji
kepadanya. Diantaranya, keponakannya sendiri, seorang qadhi terkemuka, Syaikh
Syamsuddin Abdur Rahman bin Abu Umar dan ulama lain seangkatannya. Di samping
itu beliau masih terus menulis karya-karya ilmiah di berbagai disiplin ilmu,
lebih-lebih di bidang fiqih yang dikuasainya dengan matang.
Murid-muridnya yang menonjol antara lain adalah dua orang anak
kandungnya, yakni Abu al-Fajr Abdurrahman Ibnu Muhammad Ibnu Qudamah, ketika
itu (ketua mahkamah agung di Damaskus). Dan al-Imam Ibrahim Ibnu Abdul Wahib
Ibnu Ali Ibnu Surur al-Maqdisi al-Dimasqy (dikemudian hari menjadi ulama besar
dikalangan madzhab Hanbali) sejak menjadikan dirinya sebagai pengajar di daerah
itu sampai wafat pada tahun 620 H/ 1224 M.
Ibnu Qudamah selain sibuk
dengan mengajar dan menulis buku, sisa hidupnya juga diabadikannya untuk
menghadapi perang salib melalui pidato-pidatonya yang tajam dan membakar
semangat umat Islam. Beliau sebagai ulama besar Hanabilah yang zuhud, wara, dan
ahli ibadah serta menguasai semua bidang ilmu, baik Al-Qur‟an dan tafsirnya,
ilmu hadis, fiqh dan ushul fiqh, faraid, nahwu, hisab dan lain sebagainya. Gurunya
sendiri Al-Fath Ibn al-Manni mengakui keunggulan dan kecerdasan Ibnu Qudamah,
sehingga ketika beliau akan meninggalkan Irak setelah berguru kepadanya,
gurunya ini enggan melepasnya, seraya berkata; “Tinggalah engkau di Irak ini
karena jika engkau pergi, tidak ada lagi ulama ‟yang sebanding dengan engkau
disini”.
Sebagaimana yang diceritakan oleh Sabth Ibn al-Jauzi di mana beliau
pernah berkata dalam hati (ber- ‟azam ) seandainya aku mampu, pasti akan
kubangun sebuah madrasah untuk Ibnu Qudamah dan akan aku beri seribu Dirham
setiap harinya. Selang beberapa hari beliau bertandang ke kediaman Ibnu Qudamah
untuk bersilaturrahmi, seraya tersenyum, Ibnu Qudamah berkata kepadanya,
“Ketika seorang berniat melakukan sesuatu yang baik, maka dicatat baginya
pahala niat tersebut”. Pengakuan ulama besar terhadap luasnya Ibnu Qudamah
dapat dibuktikan zaman sekarang melalui karya-karya tulis yang ditinggalkannya.
Sebagai seorang
ulama besar dikalangan madzhab Hanbali, beliau meninggalkan beberapa karya
besar yang menjadi standar dalam madzhab Hanbali. Karyanya dalam bidang
ushuluddin sangat bagus, kebanyakan menggunakan metode para muhaditsin yang
dipenuhi hadits-hadits atsar beserta sanadnya, sebagaimana metode yang
digunakan oleh Imam Ahmad Ibn Hanbal dan Imam-imam hadits lainnya. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Abdul Aziz Abdurrahman Al- Said, seorang tokoh
fiqh arab Saudi, karya-karya Ibnu Qudamah dalam berbagai bidang ilmu seluruhnya
berjumlah 31 karya atau buah, dalam ukuran besar dan kecil.
Imam Ibnu Qudamah
wafat pada hari Sabtu, tepat di hari Idul Fitri tahun 629 H. Beliau dimakamkan
di kaki gunung Qasiun di Shalihiya, di sebuah lereng di atas Jami‟ Al-Hanabilah
(masjid besar para pengikut madzhab Imam Ahmad bin Hanbal).
Isi dan Sistematika Kitab
Al Mughni Syarah
Mukhtashar Al Khiraqi begitulah kitab ini diberi nama, atau yang biasa disebut
dengan Al Mughni. Kitab ini bisa dibilang adalah masterpiece-nya Ibnu Qudamah
dalam disiplin ilmu fiqih secara umum dan fiqih mazhab Hanbali secara khusus.
Nama lengkap beliau adalah Muwaffaquddin Abu Muhammad ‘Abdullah bin Ahmad bin
Muhammad bin Qudamah Al Jamma’ili Al Maqdisi Ad Dimasyqi Ash Shalihi Al Hanbali
(541 - 620 H). Kitab ini tidak hanya menguraikan, mensyarah atau menjelaskan
ungkapan-ungkapan yang terkandung dalam kitab Mukhtashar Al Khiraqi saja,
tetapi penulisnya juga mengemukakan perbedaan pendapat dan riwayat yang terjadi
di kalangan para ulama mazhabnya yaitu mazhab Hanbali dalam berbagai masalah
dengan disertai dalil-dalinya.
Kitab Al-Mughni
merupakan kitab yang disusun sebagai huraian (syarah) kepada kitab Mukhtashar
al-kharaqi (الخرقي مختصر), sebuah kitab fiqh
dalam mazhab Hanbali karya Abu al-Qasim ‘Umar bin al-Husain bin ‘Abdullah
al-Kharaqi. Sebagaimana kitab-kitab fiqih pada umumnya, kitab ini memulai
pembahasan dengan kitab Thaharah, Shalat,
Jenazah, Zakat, Puasa, I’tikaf,
Haji, Nikah dan masih banyak lagi yang lainnya dengan disertai bab-bab
dan pasal-pasal serta permasalahan ditiap kitabnya, lalu ditutup dengan kitab
‘Itqu Ummahatil Aulad.
Metode, Teknik, Karakteristik
Kitab
ini dengan membawa method pembahasan fiqh perbandingan (muqorran) antara mazhab
dengan menjadikan mazhab fiqh Imam Ahmad bin Hanbal sebagai keutamaan, dimana
ia dilahirkan dari kalangan kelompok mazhab Imam Ahmad Bin Hanbal. Kitab ini
sebaris dengan deretan karya-karya fiqh muqarran lainnya. Beliau mengemukakan
pembahasan-pembahasan fiqh antara mazhab, dalil-dalilnya, dan kemudian
menjelaskan kesimpulan yang paling tepat berdasarkan Ijtihad beliau.
Beliau
juga turut mengemukakan perbedaan pendapat yang berlaku dan berkembang
dikalangan para ulama mazhab Hanbali dalam pelbagai masalah beserta hujah-hujah
dalilnya. Kemudian beliau bandingkan dengan pendapat-pendapat dari kalangan
ulama mazhab yang lain yaitu, mazhab Malik, Abu Hanifah, Asy-Syafi’i, termasuk
pula ulama yang jarang diketahui seperti mazhab Imam al-Hasan al-Basri, Atha’,
Sufyan at-Tsauri, serta beberapa yang lain. Termasuk juga didalamnya mazhab
para sahabat dan para tabi’in.
Tidak hanya sampai
sebatas menyebutkan pendapat-pendapat para ulama mazhab lain saja dalam masalah
tertentu, tetapi beliau juga menyebutkan dalil-dalil yang mereka gunakan,
kemudian beliau menjelaskan kedudukan dalil-dalil tersebut dari sisi kekuatan
dan kelemahannya. Tidak diragukan lagi, bahwa kitab Al Mughni ini adalah
merupakan kitab kajian fiqih terbaik yang disusun dalam format fiqih
perbandingan (muqaranah), yang waktu itu tidak banyak ulama dari mazhab lain
yang menyusun kitab dengan metodologi seperti ini.
Kitab ini lumayan
tebal, ada 16 jilid versi penerbit Darul Hadits Qairo, dan terdapat pula melalui
format PDF atau program Maktabah Syamilah yang bisa kita install dalam laptop
ataupun Hp, sehingga memudahkan kita untuk membaca dan mempelajarinya baik
dimana dan kapan saja. Sejatinya kitab ini cuma 14 jilid karena 2 jilid
terakhir adalah fihris atau daftar isi. Pada jilid 15 dan 16 memuat daftar isi
dari ayat-ayat Al Qur’an, hadits-hadits nabawi, atsar-atsar dari para sahabat,
panggilan-panggilan (kuniyah) dan lain sebagainya.
Pada terbitan Darul
Hadits ini kitab Al Mughni dicetak bersamaan dengan kitab Asy Syarhu Al Kabir
yang ditulis oleh keponakan Ibnu Qudamah yang bernama Abdurrahman bin Muhammad
bin Ahmad bin Qudamah Al Maqdisi (w 682). Asy Syarhu Al Kabir adalah syarah
dari kitab Ibnu Qudamah yang bernama Al Muqni’.
Banyak para ulama
yang memuji dan mengapresiasi kitab Al Mughni ini dan menganggapnya sebagai
salah satu referensi terbaik, tepat dan sangat direkomendasikan bagi mereka
yang mau memperdalam ilmu fiqih perbandingan selain kitab-kitab fiqih
perbandingan lainnya, seperti kitab Bada’i Ash Shana’i karya Imam Al Kasani,
Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rusyd Al Hafid dan Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab
karya Imam An Nawawi.
Meskipun pembahasan
dalam kitab ini lengkap dengan pendapat berbagai mazhab disertai
dalil-dalilnya, tapi jangan harap bisa menemukan pembahasan masalah fiqih yang
bersifat kontemporer atau terkini, karena ini adalah kitab fiqih klasik. Kitab
ini juga tidak diperuntukkan buat mereka yang awam, baru melek ilmu fiqih dan
baru bisa bahasa Arab, karena ditakutkan ketika membacanya bukan tambah paham,
malah tambah bingung, karena memang kitab ini sejatinya diperuntukkan lebih
tepatnya buat mereka yang sudah punya dasar-dasar ilmu fiqih, jadi tidak akan
kelimpungan dan kebingungan dengan berbagai perbedaan pendapat yang ditemui
dalam kitab ini. Namun, kitab ini sudah ada yang menerjemahkannya ke dalam
Bahasa Indonesia, meskipun belum semuanya selesai diterjemahkan.
Kedudukan Kitab
Kitab Mukhtashar Al Khiraqi karya Abul Qasim Umar in Al Husain Al
Khiraqi (w 334 H), ini adalah salah satu kitab yang paling masyhur dikalangan
mazhab Hanbali, bisa dikatakan kitab ini adalah kitab induk dalam mazhab
Hanbali. Oleh karena itulah banyak para ulama yang mensyarah kitab ini, bahkan
menurut Syeikh ‘Izzuddin Al Mishri syarah kitab ini ada sekitar 300 kitab.
Diantara kitab syarahnya yang terbaik adalah kitab Al-Mughni karya Ibnu
Qudamah.
Kitab ini tergolong kitab kajian terbesar dalam masalah fiqih
secara umum, dan khususnya di madzhab Imam Ahmad bin Hanbal. Sampai-sampai Imam
„Izzudin Ibn Abdus Salam As-Syafi‟i, yang digelari Sulthanul ulama„ mengatakan
tentang kitab ini: “Saya merasa kurang puas dalam berfatwa sebelum saya
menyanding kitab Al-Mughni ”.
Contoh
كتاب
الزكاة
باب صدقة الإبل
وليس
فيما دون خمس من الإبل سائمة1 صدقة فإذا ملك خمسا من الإبل فأسامها أكثر السنة
ففيها شاة وفي العشر شاتان وفي خمس عشرة ثلاث شياه وفي العشرين أربع شياه فإذا
صارت خمسا وعشرين ففيها بنت مخاض2 إلى خمس وثلاثين فإن لم يكن فيها بنت مخاض فابن
لبون ذكر فإذا بلغت ستا وثلاثين ففيها ابنة لبون3 إلى خمس وأربعين فإذا بلغت ستا
وأربعين ففيها حقة4 طروقة الفحل إلى ستين فإذا بلغت إحدى وستين ففيها جذعة5 إلى
خمس وسبعين فإذا بلغت ستا وسبعين ففيها ابنتا لبون إلى تسعين فإذا بلغت إحدى وتسعين
ففيها حقتان طروقتا الفحل إلى عشرين ومائة وهذا كله مجمع عليه فإن زادت على عشرين
ومائة ففي كل أربعين بنت لبون وفي كل خمسين حقة ومن وجبت عليه ابنة لبون وليست
عنده وعنده حقة أخذت منه وأعطي الجبران من شاتين أو عشرين درهما وإن وجبت عليه حقة
وليست عنده وعنده بنت لبون أخذت منه ومعها شاتان أو عشرون درهما والله أعلم.
__________
1 سائمة: الإبل
الراعية، والسائمة الماشية المقتناة للنسل والسمن إذا كانت ترعى دون تكلفة أكثر
أيام السنة
2 بنت مخاض: ما
بلغت حولا.
3 ابنة لبون: ولد
الناقة إذا استكمل السنة الثانية ودخل في الثالثة.
4 حقة: ما بلغت
ثلاثة أعوام.
5 جذعة: ما بلغت أربعة أعوام.
Dalam kitab ini
penulis menjelaskan tentang zakat. Seperti didalamnya terdapat pembahasan
tentang jenis binatang ternak yang wajib dizakati dan nisabnya, tidak ada
kewajiban mengeluarkan zakat unta jika kurang dari 5 ekor, maka setiap lima
ekor unta zakatnya satu ekor kambing. Apabila sampai 5 ekor, digembalakan dan
cukup masanya setahun, zakatnya ialah seekor kambing betina. Jika jumlahnya
mencapai 10 ekor, zakatnya 2 ekor kambing betina. Demikian seterusnya, yaitu
setiap bertambah 5 ekor maka bertambah pula zakatnya satu ekor kambing
betina, jumlah unta yang dizakatkan
ialah unta sudah mencapai 5 ekor (zakatnya satu ekor domba, 10 ekor, zakatnya 2
ekor domba, 20 ekor unta zakatnnya 4 ekor domba). 36-45 ekor unta zakatnya
seekor bint labun yang usianya dua tahun dan memasuki tahun ketiga. 40-60 ekor
zakatnya adalah seekor hiqqah ( unta betina berusia tiga tahun dan memasuki
tahun keempat). 61-75 ekor zakatnya adalah seekor jadz’ah (unta betina yang
telah berusia empat tahun dan memasuki tahun klima). 76-90 ekor unta zakatnya
adalah dua ekor bint labun. 91-120 ekor unta, zakatnya adalah dua ekor hiqqah.
121-129 ekor unta zakatnya tiga ekor bint labun.
Hitungan dari
121 ekor zakatnya kembali kepada perhitungan asal, yaitu setiap tambahan lima
ekor unta zakatnya satu kambing (domba). Setiap 30 ekor sapi, zakatnya 1 ekor
anak sapi jantan (betina) berumur satu tahun dan setiap 40 ekor, zakatnya satu
ekor sapi betina berumur 2 tahun. Zakat sapi atau kerbau yang jumlahnya antara
30-39 ekor adalah seekor tabi’ atau tabi’ah. Zakat 40-59 ekor ialah seekor
musinnah. Dari angka enam puluh ekor, zakatnya adalah satu tabi’ untuk setiap
tiga puluh ekor, dan setiap kelipatan empat puluh ekor, zakatnya satu ekor
musinnah. 60-69 ekor zakatnya dua ekor tabi’ atau tabi’ah. 70-79 ekor, zakatnya
seekor musinah dan seekor tabi’; seekor musinnah sebagai zakat untuk 40 ekor
sapi, dan seekor tabi’ untuk zakat 30 ekor sisanya. 80-89 ekor, zakatnya dua
ekor musinnah, 90-99 ekor, zakatnya 3 ekor tabi’, 100 ekor, zakatnya dua ekor
tabi’, dan seekor musinnah; sebagai zakat untuk enam puluh ekor ditambah empat
puluh ekor
Zakat Domba
atau Kambing Penetapan zakat binatang ternak berupa kambing, adalah kambing
yang berumur 2 tahun. Nisab kambing (domba) Banyak zakat 40-120 ekor 121-200
ekor 201-399 ekor 400-499 ekor 500-599 ekor 1 ekor kambing 2 ekor kambing 3
ekor kambing 4 ekor kambing 5 ekor kambing Jika jumlahnya melebihi seratus dua
puluh ekor, zakatnya adalah dua ekor domba. Jika jumlahnya antara dua ratus
sampai tiga ratus ekor, zakatnya tiga ekor domba. Jika jumlahnya melebihi tiga
ratus ekor, zakatnya adalah seekor domba untuk setiap seratus ekor. 40-120 ekor
domba zakatnya dua ekor domba, 201-399 ekor domba zakatnya 3 ekor domba, 400
ekor domba zakatnnya empat ekor domba, kemudian untuk setiap seratus ekor domba
zakatnya seekor domba.
Zakat Kuda,
Keledai dan Himar Tidak wajib zakat bagi hewan yang tidak termasuk dalam hewan
bukan ternak: unta, sapi, kerbau, kambing, dan domba. Karena itu tidak wajib
zakat pada kuda, baghal, dan keledai kecuali jika untuk diperdagangkan. Zakat
Ternak Lainnya Semua macam usaha yang halal dikenakan zakat, begitu juga halnya
dengan binatang seperti ayam, burung, ikan atau yang lainnya. Cara
penghitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan standar emas dan perak atau
uang. Apabila binatang ternak itu sudah mencapai nilai 93,6 gr, berarti telah
mencapai nisab dan zakatnya dikeluarkan sebesar 2.5% (1/40 uang).
باب صدقة البقر
وليس فيما دون
ثلاثين من البقر سائمة صدقة فإذا ملك ثلاثين من البقر فأسامها أكثر السنة ففيها
تبيع1 أو تبيعة إلى تسع وثلاثين فإذا بلغت أربعين ففيها مسنة2 إلى تسع وخمسين فإذا
بلغت ستين ففيها تبيعان إلى تسع وستين فإذا بلغت سبعين ففيها تبيع ومسنة فإذا زادت
ففي كل ثلاثين تبيع وفي كل أربعين مسنة.
والجواميس كغيرها
من البقر والله أعلم.
__________
1 تبيع: ذات الحول.
2
مسنة: ذات الحولين.
Penutup
Kitab Al Mughni Fi
Syarh Mukhtashar Al-Khiraqi, merupakan sebuah kitab fiqh dalam mazhab Hanbali
karya Abu al-Qasim ‘Umar bin al-Husain bin ‘Abdullah al-Kharaqi. Kitab ini
dengan membawa method pembahasan fiqh perbandingan (muqorran) antara mazhab
dengan menjadikan mazhab fiqh Imam Ahmad bin Hanbal sebagai keutamaan, dimana
ia dilahirkan dari kalangan kelompok mazhab Imam Ahmad Bin Hanbal. Kitab ini
sebaris dengan deretan karya-karya fiqh muqarran lainnya. Beliau mengemukakan
pembahasan-pembahasan fiqh antara mazhab, dalil-dalilnya, dan kemudian menjelaskan
kesimpulan yang paling tepat berdasarkan Ijtihad beliau.
Beliau
juga turut mengemukakan perbedaan pendapat yang berlaku dan berkembang
dikalangan para ulama mazhab Hanbali dalam pelbagai masalah beserta hujah-hujah
dalilnya. Kemudian beliau bandingkan dengan pendapat-pendapat dari kalangan
ulama mazhab yang lain yaitu, mazhab Malik, Abu Hanifah, Asy-Syafi’i, termasuk
pula ulama yang jarang diketahui seperti mazhab Imam al-Hasan al-Basri, Atha’,
Sufyan at-Tsauri, serta beberapa yang lain. Termasuk juga didalamnya mazhab
para sahabat dan para tabi’in.
0 comments:
Post a Comment